Mixi si Pantomime berada di antara Heritage, di Bandung
Rintik hujan yang membasahi kota kembang tak menghalangi semngat kami sekumpulan anak muda yang berkumpul di bangunan tua Gedung Merdeka. Malam ini kami memang akan mengikuti acara "Nyusur History Bandoeng Bebarengan". Sebuah acara yang di usung oleh Mixi Imajimimetheatre dan berbagai komunitas di bandung pada hari sabtu, 30 April 2011. Ada tiga titik yang menjadi tujuan kami Gedung Merdeka di Jln.Asia Afrika, Rumah Bata Merah di depan Brotherhood Jalan Braga, dan Gedung De Vries Jln.Asia Afrika, Samping Hotel Savoy Homman. Tempat-tempat tersebut kami pilih sebagai medan ekspektasi untuk kegiatan kami karena ketiga ruang tersebut mewakili sejarah panjang perkembangan kota ini.
Sejak sore hari pukul 16.00 kami memang telah berjalan menyusuri pinggiran jalan dengan titik awal Gedung Merdeka dengan membawakan sebuah reportoar Pantomime dari Mixi Imajimimetheatre dengan Aktor : saya sendiri, Wanggi Hoediyatno, dengan judul mime: "Berjalan Menepi yang tak berarti". Pantomim ini menggambarkan seseorang yang mencoba melawan arus deras globalisasi dengan berjalan menepi dan terus menepi. Saya, actor itu, membayangkan segala yang ada di sekeliling; jalanan, mobil-mobil, bagunan-bangunan dan orang-orang berpakaian modern tak ubahnya sebuah jurang menganga. Jurang industrialisasi, konsumerisme, penyebaran budaya global (globalisasi) yang tak memiliki mata hati. Meniadakan orang-orang yang tidak mengenakannya. Namun dia, kesadaran saya sebagai actor itu, mencoba melawannya dengan segenap daya. Bukan dengan menabraknya, tapi memahaminya.
Pesan yang ingin kami sampaikan dengan pertunjukan tersebut adalah; kita sebagai manusia janganlah menghindar atau takut pada apa yang telah menjadi kehendak sejarah. Zaman boleh berubah, tapi kekayaan khazanah (haritage) kita juga harus dilindungi. Kita mesti berhati-hati melaluinya, jalan globalisasi itu.
Sementara itu di Jalan Braga juga diadakan acara yang di hadiri berbagai kalangan dari bermacam bidang profesi dan minat: seniman, fotografer, musisi, paguyuban sapedah baheula [onthel] serta komunitas sepeda kampus. Mereka yang hadir, para ahli, pemerhati dan pecinta harritage saling bersilang kata menjumput segudang makna tentang masa depan heritage nanti. Saling bertukar informasi dan berbagi pengetahuan tentang segala hal demi warisan yang akan kita berikan ke generasi penerus kita.
Acara yang berakhir pada pukul 22.00, bertempat di titik ke terakhir yaitu Gedung De Vries. Hujan masih saja menguyur. Acara di tutup dengan pertunjukan pantomime lagi. Kali ini dengan judul "Sampai Disini, dan Aku Sendiri". Gedung-gedung tua, sebagaimana artefak-artefak di dalam museum, sepeda berkarat, koin-koin masalalu, semakin ditinggalkan oleh peradaban hanya dikagumi sebagai barang antik, bukan rentetan sejarahnya. Juga orang-orang yang kehilangan arah tujuan dalam hidup ini, yang menganggap segala peninggalan dimasa lalu hanya layak untuk dikenang, karena sudah ketinggalan zaman.
Ada juga orang-orang datang ke museum, mengagumi bangunan-bangunan tua dan segala peninggalan itu, tetapi sebagaimana para pejalan kaki yang tak acuh, hanya melihatnya sebagai hiburan sesaat, pengisi waktu luang, atau sebagai alat pengukur rasa gengsi biar di cap sebagai orang beradab. Setelah itu pergi dan tak peduli lagi. Sementara pemerintah hanya berbicara anggaran, tak memikirkan bagaimana merawat dengan sebenarnya; dengan menumbuhkan rasa cinta dan memiliki.
Saya dan semua kerabat Mixi Imajimime dan seluruh komunitas yang terlibat pada acara tersebut hanya bisa berharap, semoga kegiatan ini menjadi semangat baru bagi kepedulian kita semua tentang khazanah sejarah dan budaya, haritage, yang kita miliki. Tak hanya di kota Bandung, kota dengan sejuta warisan masa lalu, tetapi juga implan ke kota-kota lain di Indonesia dan diseluruh dunia. Kami mengajak seluruh masyarakat, para pejabat, pemimpin negeri, semuanya untuk turut serta dalam menyelamatkan khazanah yang kita miliki.
Hujanpun berhenti. Segala hormat bagi sejarah yang membentuk kota kami, kota Bandung. Terimakasih juga untuk seluruh hadirin. Para pecinta haritage. SAVE HERITAGE. Mengutip sebuah lagu usang; semoga penyelamatan khazanah sejarah dan budaya, HARITAGE, bukan hanya di BIBIR saja !
Penulis :
Wanggi Hoediyatno
Aktor Pantomime Bandung, tinggal di Bandung
Klik juga di :
http://senimana.com/berita-177-save-haritage-bandung.html
dan di antarafoto.com :
http://antarafoto.com/seni-budaya/v1304163901/pantomim