Selasa, 28/02/2012 15:10 WIB
Hari Gizi Terlupakan, Wanggi Sindir Pemerintah Lewat Pantomim
Oris Riswan Budiana - detikBandung
Hari Gizi Terlupakan, Wanggi Sindir Pemerintah Lewat Pantomim
Oris Riswan Budiana - detikBandung
Bandung - Hari Gizi
Nasional yang jatuh tepat hari ini seolah terlupakan dan luput dari ingatan
publik serta pemerintah. Menyikapi itu, Wanggi Hoediyatno menyindir pemerintah
lewat aksi repertoar pantomim berjudul 'Sehat Itu Milik Siapa?' di sekitar area
Gedung Sate dan Lapangan Gasibu, Selasa (28/2/2012).
Seorang diri berpenampilan ala aktor pantomim, Wanggai beraksi dan cukup menarik perhatian warga serta para pengendara yang melintas di lokasi.
Pertama ia melakukan aksinya di depan taman Gedung Sate yang berada di sebelah kanan. Dengan mimik muka kesedihan, ia membawa susu dalam plastik di tangan kanan. Ia kemudian menyedot susu menggunakan selang berukuran kecil.
Sesekali ia duduk, berdiri, duduk, kemudian berdiri lagi. Tanpa suara, ia seolah ingin memperlihatkan penderitaan mereka yang kekurangan gizi. Untuk mengekspresikan kepedihannya, bibirnya terlihat bergetar saat menyedot susu dari plastik bening.
Di tangan kiri, ia memperlihatkan foto anak gizi buruk di kertas yang diprint. Hal itu membuat beberapa pengendara sempat menurunkan laju kendaraannya untuk melihat aksi Wanggi.
Ia kemudian melanjutkan aksinya di tengah jalan. Wanggi memperlihatkan foto sambil menyedot susu dan memperlihatkan raut muka kepedihan. Beberapa pengendara berhenti karena aksi Wanggi membuat pengendara tidak bisa melintas. Namun itu hanya berlangsung sekitar 2 menit.
Wanggi lalu menuju Lapangan Gasibu. Di pinggir area Lapangan Gasibu, ia kembali beraksi. Sambil terus memegang susu di tangan kiri dan foto di tangan kanan, lagi-lagi ia memperlihatkan ekspresi sama.
Bahkan kali ini aksi yang dilakukan lebih dramatis. Ia memakan beberapa roti yang sebelumnya sudah dikerubungi lalat. Susah payah ia memakan roti berwarna cokelat itu dengan tangan gemetar.
Wanggi bahkan sempat tiduran di trotoar pinggir Lapangan Gasibu. Memperlihatkan ekspresi menangis tanpa suara, ia meratap dengan posisi tidur menyamping.
Aksi pun ditutup dengan memberi hormat pada warga yang melihat aksinya. Wanggi membungkuk pertanda hormat dan disambut warga sekitar dengan tepuk tangan.
Wanggi mengaku aksinya itu sebagai bentuk keprihatinan karena Hari Gizi Nasional seolah terlupakan. Padahal hari ini bisa jadi momen bagi pemerintah untuk berbuat lebih baik agar tak ada lagi warga yang kelaparan, bahkan harus mengalami gizi buruk.
"Ini unyuk mereply kembali tragedi kemanusiaan marasmus (busung lapar karena kekurangan kalori) dan kwashiorkor (karena kekurangan protein). Dalam hal ini, kasusnya sudah sekitar 80% dari total anak balita di negeri ini. Masyarakat dunia pun menyebut Indonesia sebagai negeri busung lapar," jelas Wanggi.
Lewat aksinya, Wanggi juga ingin mengingatkan semua elemen masyarakat terkait pentingnya gizi yang baik bagi anak.
"Melalui refleksi repertoar pantomim ini saya harap kita semua mampu tersenyum melihat anak-anak generasi penerus bangsa melakukan aktivitas bermanfaat dengan ceria. Tanggung jawab ada di pundak kita masing-maing," tutur Wanggi yang mengaku mempersiapkan aksinya selama dua minggu.
(ors/ern)
sumber : http://bandung.detik.com/ read/2012/02/28/151035/ 1853561/486/ hari-gizi-terlupakan-wanggi -sindir-pemerintah-lewat-p antomim
Seorang diri berpenampilan ala aktor pantomim, Wanggai beraksi dan cukup menarik perhatian warga serta para pengendara yang melintas di lokasi.
Pertama ia melakukan aksinya di depan taman Gedung Sate yang berada di sebelah kanan. Dengan mimik muka kesedihan, ia membawa susu dalam plastik di tangan kanan. Ia kemudian menyedot susu menggunakan selang berukuran kecil.
Sesekali ia duduk, berdiri, duduk, kemudian berdiri lagi. Tanpa suara, ia seolah ingin memperlihatkan penderitaan mereka yang kekurangan gizi. Untuk mengekspresikan kepedihannya, bibirnya terlihat bergetar saat menyedot susu dari plastik bening.
Di tangan kiri, ia memperlihatkan foto anak gizi buruk di kertas yang diprint. Hal itu membuat beberapa pengendara sempat menurunkan laju kendaraannya untuk melihat aksi Wanggi.
Ia kemudian melanjutkan aksinya di tengah jalan. Wanggi memperlihatkan foto sambil menyedot susu dan memperlihatkan raut muka kepedihan. Beberapa pengendara berhenti karena aksi Wanggi membuat pengendara tidak bisa melintas. Namun itu hanya berlangsung sekitar 2 menit.
Wanggi lalu menuju Lapangan Gasibu. Di pinggir area Lapangan Gasibu, ia kembali beraksi. Sambil terus memegang susu di tangan kiri dan foto di tangan kanan, lagi-lagi ia memperlihatkan ekspresi sama.
Bahkan kali ini aksi yang dilakukan lebih dramatis. Ia memakan beberapa roti yang sebelumnya sudah dikerubungi lalat. Susah payah ia memakan roti berwarna cokelat itu dengan tangan gemetar.
Wanggi bahkan sempat tiduran di trotoar pinggir Lapangan Gasibu. Memperlihatkan ekspresi menangis tanpa suara, ia meratap dengan posisi tidur menyamping.
Aksi pun ditutup dengan memberi hormat pada warga yang melihat aksinya. Wanggi membungkuk pertanda hormat dan disambut warga sekitar dengan tepuk tangan.
Wanggi mengaku aksinya itu sebagai bentuk keprihatinan karena Hari Gizi Nasional seolah terlupakan. Padahal hari ini bisa jadi momen bagi pemerintah untuk berbuat lebih baik agar tak ada lagi warga yang kelaparan, bahkan harus mengalami gizi buruk.
"Ini unyuk mereply kembali tragedi kemanusiaan marasmus (busung lapar karena kekurangan kalori) dan kwashiorkor (karena kekurangan protein). Dalam hal ini, kasusnya sudah sekitar 80% dari total anak balita di negeri ini. Masyarakat dunia pun menyebut Indonesia sebagai negeri busung lapar," jelas Wanggi.
Lewat aksinya, Wanggi juga ingin mengingatkan semua elemen masyarakat terkait pentingnya gizi yang baik bagi anak.
"Melalui refleksi repertoar pantomim ini saya harap kita semua mampu tersenyum melihat anak-anak generasi penerus bangsa melakukan aktivitas bermanfaat dengan ceria. Tanggung jawab ada di pundak kita masing-maing," tutur Wanggi yang mengaku mempersiapkan aksinya selama dua minggu.
(ors/ern)
sumber : http://bandung.detik.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar