Akhir Tahun Dengan Berkarya Bersama 2012
(Kolaborasi Pantomime feat Trumpet + Trombone + Saxophone dalam Ruang Publik)
Menciptakan Ruang Seni di Ruang Publik - Karena Kami Senang Berbagi Bersama
(Kolaborasi Pantomime feat Trumpet + Trombone + Saxophone dalam Ruang Publik)
Menciptakan Ruang Seni di Ruang Publik - Karena Kami Senang Berbagi Bersama
Minggu 30 Desember 2012, saya menolak undangan 32 EO (event organizer) di 3 kota di Indonesia dengan alasan, mereka membayar fee dengan sangat murah dan menjatuhkan nilai proses serta karya yang akan di tampilkan dalam kegiatan komersial yang mereka gelar. Akhirnya saya tidak sengaja mencoba menghubungi teman dari Hornline [para pemain alat tiup/brass] seperti ;
trumpet dan trombone via sms untuk mengisi kegiatan tahun baru dengan
menciptakan ruang seni publik melalui kolaborasi antara saya [pantomime dari
Mixi Imajimimetheatre Indonesia] dan mereka dengan alat tiupnya “Hornline” dari
Pogodigank, awalnya mereka tidak membalas sms saya, lalu saya pikir mereka
sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing untuk mempersiapkan tahun baru
dengan keluarga atau dengan teman-temannya. Namun tiba-tiba pada sore hari,
salah satu dari mereka membalas sms saya dan merespon dengan baik. Alhamdulilah
akhirnya, kami merencanakan pertemuan pada hari Senin, 31 Desember 2012 pada
jam 1 siang.
Esok harinya pada tanggal 31 Desember
saya sudah mempersiapkan makeup dan kostum untuk pertunjukan street performance
pada malam hari nanti. Kami bertemu pada jam 1 siang bertempat di taman kampus
STSI Bandung, saya sedikit memberi penjabaran bahwa pertemuan ini adalah awal
dimana kita bersama-sama akan menciptakan dan merespon ruang publik di jalanan
kota bandung. Mereka [Hanif “Trumpet” dan Faisal “Trombone”] dua anak muda
pemain alat tiup yang sangat antusias, karena mungkin mereka juga mendapat ilmu
disiplin dari sebuah komunitas marching band sehingga mentalitas dan cara
berpikir mereka sangat disiplin dan enjoi. Tanpa basa-basi mereka pun
mengeluarkan alat tiup mereka dan memulai pemanasan dengan beberapa kali bunyi
yang sedikit mengundang beberapa orang di sekitar kampus. Tanpa ragu ketika itu
saya iseng mempublish info melalui via sms kepada rekan-rekan yang ada di
phonebook saya, selagi mereka berdua melakukan pemanasan dengan alat tiup
mereka.
Setelah melakukan pemanasan dan sembari
santai menikmati kopi di siang menjelang sore itu, Faisal yang memainkan alat
tiup trombone berkata kepada saya ; Apakah teman saya boleh ikut ka? Jawab saya
; Oo.silakan aja faisal? Dia nanti main apa ya?. Faisal ; Dia main saxophone.
Saya ; Wah keren sekali, mantap tuh, ok..sangat boleh..heehee- Mendengar mereka
ingin mengajak salah satu temannya pemain saxophone saya makin bertambah
semangat, karena bunyi dari alat tiup semakin besar dan keren sepertinya. Dan
sekitar jam 3 pemain saxophone datang dengan sepeda motor matic nya dia bersama
kekasihnya. Ternyata pemain saxophone itu kenal dengan saya, namanya Anggi, dan
dia salah satu mahasiswa musik Unpas Setiabudi dan nama kekasihnya Riska. Dia
kenal saya karena beberapa teman-teman unpas menceritakan kegiatan saya
berkesenian, atau ketika saya juga sering sharing/berdiskusi dengan beberapa
orang disana, seperti Mang Dadan, Made, Peri [dari Jurusan Musik]. Ijal,
Taufik, Mang EdiKei dan juga Kang Budi Dalton yang selain sebagai El Presidente
Bikers Brotherhood juga Kepala Jurusan Musik di Unpas Setiabudi.
Cuaca sore itu mendung, awan hitam sudah
menyelimuti langit yang tadinya biru. Kopi kami pun sedikit-dikit mulai habis
dan segeralah kami mencari tempat teduh karena sepertinya gerimis sudah mulai
mencucurkan airnya pada tanah. Kami bersantai di sebuah lorong kampus dekat
loby Gedung Sunan Ambu STSI Bandung….Untung saja kami sudah berpindah tempat
duduk, karena ketika kami pindah hujan turun dengan deras dan statis iramanya.
Di lorong kami bercerita tentang sebuah proses dalam dunia musik dan seni
pantomime, keduanya menarik untuk di bicarakan pada sore yang berirama rintik
hujan dan warna langit yang perlahan-lahan menjadi gelap, hingga tak terasa
menjelang magrib tiba.
Lalu saya bergegas, mengambil koper tua
di kosan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus di karenakan waktu
semakin berpacu cepat. Saya meminjami motor teman kosan saya, dan di saat
gerimis saya mengendarai sepeda motor untuk mengambil koper tua yang berada di
kosan. Setelah kembalinya saya mengambil koper tua. Lalu saya bertemu lagi
dengan teman-teman Pogodigank yang sedang bersantai dengan alat tiup mereka.
Selagi mereka memainkan alat tiup mereka, saya pergi sejenak ke warnet samping
kampus untuk ngeprint tulisan untuk performance malam nanti. Sembari operator
warnet memprintkan tulisan. Saya membuka internet untuk mencoba mempublish /
broadcast Sekembalinya saya ngeprint teman-teman Pogodigank sedang membeli kopi
dan gehu pedas untuk di nikmati bersama-sama.
Saat itu juga kami sejenak menikmati
gehu pedas dan segelas kopi panas nan hangat di lorong yang gelap. Sehabis
menikmati gehu dan kopi hitam sekitar jam 6 lebih 35 menit kamipun berangkat
menuju tempat dimana kami akan melakukan performance, karena saat itu waktu
yang tepat untuk berangkat karena hujan cukup reda. Saya pergi dengan
menggunakan angkot Buah Batu-Kelapa yang warna biru dan teman-teman dari
Pogodigank dengan sepeda motornya, karena ketika saya mencari sepeda motor,
saya tidak dapat karena semua orang tidak ada dan mereka memakainya semua, ya
jadilah angkot yang saya gunakan untuk transportasi ke tempat performance yang
tepatnya di pelataran gedung merdeka, jalan asia-afrika.
Segeralah saya pergi ketika teman-teman
Pogodigank pergi dengan kendaraannya, sebelumnya saya sempat menuju tempat
fotocopy, namun fotocopy tutup dan saya melanjutkan untuk pergi ke TKP tanpa
memfotocopy tulisan yang saya print, karena waktu yang cukup mendesak. Pergilah
saya dengan angkot menuju tempat performance. Sepanjang perjalanan menuju TKP
di dalam angkot, saya sudah mulai khawatir dengan kondisi dan situasi tempat
yang akan di jadikan performance nanti. Karena ketika saya di dalam angkot,
hujan kembali membasahi jalanan kota bandung.
Setiba saya di perberhentian angkot,
tepatnya di perempatan lengkong, hujan menjadi gerimis rintik, namun ketika
beberapa melangkahkan kaki menuju TKP, hujan menjadi deras jatuh ke jalanan
yang padat dan ramai. Terus saja saya melangkah walaupun badan dan pakaian
basah hingga akhirnya sesampainya di TKP, teman-teman Pogodigank sedang duduk
dan gelisah karena hujan semakin deras dan ruang untuk kita performance dalam
keadaan yang tidak baik, pelataran yang banjir dan suasana tidak memungkinkan
untuk melakukan performance disitu.
Suasana Sebelum Street Performance, di Jalan Braga, Senin, 31 Desember 2012
Foto oleh : Anggi Maulana
Suasana Setelah Street Performance Kolaborasi, di Jalan Braga, Senin, 31 Desember 2012
Foto oleh : Anggi Maulana
Akhirnya saya merencanakan tempat kedua
yaitu di sekitaran jalan braga, dan teman-teman Pogodigank pun menyepakati.
Kami berjalan menuju jalan braga dalam cuaca hujan kami terobos derasnya hujan
yang mengguyur malam itu. Sampailah kami di depan sebrang Gedung Gas. Dalam
perjalanan sepanjang menuju jalan braga kami dapati beberapa tempat yang sedang
mempersiapkan perayaan tahun baru dengan caranya masing-masing, kamipun semapt
mencari ruang untuk kami performance, namun di sepanjang trotoar di penuhi oleh
para pedagang trumpet yang sedang asyik menjajakan dagangannya kepada public
yang sedang berjalan ataupun yang sedang menggendarai motor dan mobil di
sepanjang jalan braga dan bunyi trumpet dari segala penjuru bersahut-sahutan
tanpa henti, hujan masih mengguyur dengan deras.
Saya dan teman-teman Pogodigank segera
mempersiapkan dan menciptakan ruang seni untuk berbagi dengan apa yang telah
menjadi misi kami sebelum berangkat. Saya pun membaca sekitar dengan
kemungkinan-kemungkinannya, hujan terus mengguyur dan saya terus melakukan
eksplorasi bersama teman-teman Pogodigank, saya memulai mengganti kostum dan
merias wajah saya dengan warna putih, sedikit merah di bibir dan membuat alis
buatan dengan warna hitam di trotoar yang sedikit lenggang kala itu, namun
masih ada orang yang lalu lalang melintas di depan area kami hendak bermain.
Banyak dari beberapa orang yang lalu lalang itu berhenti sejenak untuk
memandang atau menenggok apa yang sedang kami lakukan malam itu.
Bunyi Trombone yang di tiup Faisal dan
Trumpet yang di tiup Hanif juga Saxophone yang di tiup Anggi membuat suasana
baru dengan bunyi trumpet tahun baru yang bersahutan tadi. Setelah selesai saya
makeup dan berkostum lalu saya menuju tempat yang agak jauh dari tempat
performance untuk menarik mata dan telinga kepada publik yang berlalu lalang di
sekitaran jalan braga dengan payung mereka. Ketika performance di mulai saya
agak sedikit ragu namun hati saya terus berteriak “Show Must Go On”, dari saya
terus melakukan performance walaupun hujan deras membasahi tubuh dan kostum
saya. Kemacetan di jalan braga pun terjadi karena beberapa kendaraan road dua
(motor) ataupun roda empat (mobil) bahkan beberapa sepeda yang hendak menuju
acara Car Free Night berhenti sejenak untuk mengabadikan beberapa moment di
saat saya melakukan performance. Itu adalah sebuah peristiwa yang sangat luar
biasa bagi saya ketika hujan membasahi tubuh saya dan saya terus melakukan
gerak tanpa kata-kata dan teman-teman Hornline Pogodigank (Hanif, Faisal,
Anggi) terus membuat suatu irama bunyi dari alat tiup mereka dengan indah dan
bernada sehingga menjadikan suasana yang hujan itu menjadi hangat dan
bersahabat.
Beberapa kali ada masyarakat yang
mengambil beberapa adegan ketika kami performance dengan media rekamnya,
seperti ; kamera hp, poket dan DSLR, beberapa orang berhenti di sisi jalan yang
teduh untuk mengapresiasi kami dan berfoto ada juga yang melempar kami uang,
namun kami berikan lagi kepada anak-anak jalanan yang sedang menyaksikan kami dan
hujan terus mengguyur jalanan braga saat itu. Perisitiwa yang tidak terpikirkan
sebelumnya bahwa hujan akan terus mengguyur jalanan kota bandung, dan selama 2
jam kami melakukan performance di sebrang depan gedung gas, yang bagi kami
adalah sebuah pola latihan bersama antara saya (berpantomime) dan teman-teman
Hornline Pogodigank dengan Alat tiupnya (Trumpet, Trombone dan Saxophone) yang
merupakan sebuah proses perjalanan dan cara juga ciri khas dari Nyusur History
Indonesia selama ini.
Karena tanpa kami sadari ada warna baru
ketika malam itu kami berada disana (Jalan Braga) yaitu sebuah seni pertunjukan
yang di kemas dengan cara dan ciri kami untuk berbagi kebahagiaan dan senyuman
indah menjelang pergantian tahun dan itulah cara kami merayakan pergantian
tahun 2012 menuju tahun 2013, senyum serta tawa ceria dari masyarakat yang
melintas dengan motor, mobil, sepeda ataupun yang sedang naik becak di
sepanjang jalan braga ketika menonton / mengapresiasi kami dan mereka tersenyum
di dalam mobilnya atau tertawa dan senyum di atas motor dan di jok becak adalah
sebuah perhargaan serta penghormatan kepada insan seni yang terus berbagi dan
saling membagi ruangnya sebagai media hiburan ataupun pengetahuan. Karena kami
yakin bahwa seni adalah media therapy untuk masyarakat, sebagai pengingat dan
media yang jarang di temui di ruang-ruang yang dimana semua manusia mempunyai
begitu banyak aktivitas sehingga mereka tidak mendapat ruang hiburan untuk
melenturkan urat-urat atau otot-otot mereka yang kaku setelah seharian bekerja
atau beraktivitas untuk menghidupi dan kehidupan selanjutnya.
Bagi kami adalah sebuah kebahagiaan bisa
berbagi di ruang yang begitu kronis dan kami bisa memberikan obat penawar rasa
gundah gulana, galau, risau dan entah akan ada bahasa apalagi pada masa nanti
atau tahun 2013 kelak dan itulah yang bisa kami bagi dan beri dengan para
manusia urban saat ini, sebuah seni publik yang dinamis, berkonsep,
improvisasi, ceria dan elegan serta bersahaja pada masyarakat lainnya. Karena
dari situlah kami memiliki tingkat kepuasan juga kebahagiaan yang kami rasakan
dalam hati dan raga kami untuk bisa terus menciptakan karya seni pada ruang dan
waktu yang berbeda dengan perubahan zaman.
Semoga di tahun 2013 nanti akan menjadi
sebuah motivasi dalam memacu kreativitas yang lebih dahsyat dan inspiratif
untuk terus menciptakan karya seni dalam ruang-ruang lain dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani juga jiwa raga serta senyum cerianya. Karena dari situlah
rasa bahagia itu hadir, berbagi bersama dan bertemu muka dalam suasana yang
indah dan menyenangkan juga seru dan bisa di ceritakan sebagai bekal perjalanan
dalam kenangan kelak jika kita sudah tua nanti. Semoga!
Dan Selamat Tahun Baru 2013 – Semoga
Bahagia selalu menyertai kita semua dan yang di cita-citakan juga yang di
impikan bisa terwujud di tahun 2013 ini. Amin :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar