Pantomim Untuk Kemanusiaan
by sorasoca
Usaha Wanggi Hoediyatno untuk memasyarakatkan pantomim dengan tampil di ruang-ruang publik semakin menjadi-jadi. Seniman muda ini kerap tampil dalam seni gerak tubuh yang mengangkat pesan-pesan kemanusian, perjuangan, dan perlawanan.
Dalam banyak kesempatan tampil, Wanggi mengaku kerap mendapat tekanan maupun ancaman dari pihak keamanan. Ia menuding, tabu di masyarakat sebagai salah satu penghambat seni pola gerak serta mimik wajah.
“Selama 10 tahun ini yang saya hadapi masih adanya kekerasan visual. Dalam artian kekerasan penampilan aparat-aparat negara terhadap saya ketika berpantomim. Bahkan, ruang-ruang publik untuk mendapatkan aksesnya saja sulit, karena bersinggungan dengan persoalan perizinan,” ucapnya.
Salah satu kegiatan rutin yang dilakukannya ialah menggelar aksi Kamisan di depan Gedung Sate, Bandung. Aksi tersebut sebagai upaya melawan lupa terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia.
Wanggi Hoed ketika mementaskan pantomime. Foto : Huyogo Simbolon
Sebagai manusia biasa dalam menghadapi tekanan maupun teror, Wanggi berupaya untuk mengintrospeksi diri. Bukan berarti lari dari kenyataan, sesekali Wanggi mengaku merehatkan diri sejenak dari aktivitasnya.
“Saya bukannya tidak istirahat, bahkan teman-teman banyak yang memberi masukan pada saya. Tapi, nggak ada kata lelah untuk berpantomim. Masuk ke dunia pantomim yang sudah satu dekade ini saya anggap sebagai perjalanan spiritual,” ungkapnya.
Wanggi Hoed seusai melakukan pertunjukan pantomime di atas Gunung Semeru, Puncak Mahameru 3676 mdpl.
Foto : Eddik (istimewa)
Dalam kurun waktu satu dasawarsa, karya Wanggi telah menghiasi sejumlah pemberitaan di media nasional. Ia pernah berkolaborasi dengan Syafiq Effendi Faliq, aktor pantomim dari The Qum Actor (Malaysia). Selain itu, ia pernah berkolaborasi dengan Kelompok Sirkus Teater Chabatz De’Entrar pada 2013 dan melakukan tur di Indonesia, Timor Leste dan Vietnam. Juga berpantomim selama 12 Jam Non-Stop di Indonesian Dance Film Festival dan 6 Jam Non-Stop di Situs Penjara Bung Karno.
Ia juga turut menyuarakan isu anti-kekerasan dan HAM bersama Kontras. Pria yang sedang mendalami yoga ini juga tergabung dalam World Mime Organization.
“Buat saya perjalanan 10 tahun ini ini pelik dan ketika itu juga saya berpikir bagaimana harus mengimbanginya dengan rasa kebahagiaan. Bukan angka yang saya lihat, tapi di sini juga saya berinteraksi dengan orang banyak dan bisa meluaskan pantomim,” katanya.
(Huyogo Simbolon)
Article Media : https://qubicle.id/story/bikin-nyandu-pantomim-untuk-kemanusiaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar