Sirkus Kontemporer Chabatz D'Entrar, Bottlesmoker (Musisi), dan 2 Seniman Muda Indonesia (Permata Andika Rahardja dan Wanggi Hoediyatno)
Damien Caufepé (Chabatz D'Entrar)
Sirkus dimulai dengan Wanggi Hoediyatno yang berjalan melewati panggung dengan tingkah polah yang lucu dengan iringan ilustrasi musik Bottlesmoker yang mulai mengisi setelahnya. Lalu, masuk Anne Keller berjalan anggun dengan egrang dengan mahkota bak seorang ratu hutan, disusul anggota lainnya Olivier Léger dan Damien Caufepé langsung beratraksi dengan luwes juga di atas egrang dengan mahkota. Sisi teatrikal mulai muncul ketika Permata Andhika Rahardja masuk dan mengitari ketiga personil Chabatz D’entrar. Tergambar sedikit demi sedikit jalan cerita tentang hutan yang perlahan-lahan gersang dan dibangun jadi sebuah kota. Kota yang berubah menjadi megapolitan terasa oleh ritme kresendo dari musik Bottlesmoker serta lampu panggung gemerlapan, diimbangi dengan gerak tubuh cepat para penampil, menggambarkan sebuah kota yang terburu-buru dengan hiruk pikuk yang tidak mau tahu keadaan sosial. Sampai pada salah satu warga kota yang menggila diperankan oleh Wanggi, menabrak satu gedung dan meruntuhkan seisi kota. Rasa akrobatik sirkus mulai kelihatan lagi di sini, dengan Anne yang sudah memakai enggrang lebih tinggi. Setelah suasana kota yang carut marut tadi, semua mulai bahu-membahu, membangun sedikit demi sedikit ruangan untuk alam sehingga lebih bersahabat. Sebuah akrobatik yang teatrikal ketika Wanggi dan Permata diangkat oleh Olivier dan Damien keliling panggung.
Ada keunggulan dari segi musik malam tadi, dan yang paling terekam di telinga adalah ketika angklung yang merupakan khas Bandung dibunyikan dengan ambience dan delay yang pas. Pengalaman lebih berkesan untuk penonton juga ada ketika Angkuy dan Nobi dari Bottlesmoker tidak hanya melakukan peran mereka sebagai pengisi ilustrasi musik, tapi juga ikut masuk dalam beberapa gerakan dan klimaksnya ketika Angkuy juga ikut mengenakan egrang di panggung.
Banyak sekali pelajaran dari sebuah sirkus kontemporer yang berdurasi satu jam setengah ini, salah satunya adalah belajar menyeimbangkan diri dengan alam, apalagi untuk kota Bandung yang saat ini memang sedang tersentil isu lingkungan. Sebuah sirkus teatrikal malam tadi berhasil jadi pengingat orang-orang yang datang untuk lebih mencintai lingkungan sekitar. Tidak heran turun hujan tepuk tangan di akhir. Pertunjukan yang sarat pesan!
Permata Andika Rahardja dan Wanggi Hoediyatno & Anne Keller dan Olivier Léger
Foto: Eko Budhi Susanto
Website : http://bandungstraat.com/refleksi-bandung-dari-chabatz-dentrar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar