Jumat, 25 Desember 2020

Merayakan Hari Pantomim Secara Virtual

 

Merayakan Hari Pantomim Secara Virtual - Seni - koran.tempo.co


Seniman pantomim Bandung, Wanggi Hoed, menyiarkan pentasnya secara langsung lewat media sosial.Berkarya sekaligus menghibur masyarakat yang tengah menghadapi pandemi corona.





Lalu Wanggi memasang senter di dekat kamera yang merekam pertunjukan itu. Kemudian tampaklah selembar kertas putih bertulisan"World Mime Day–Indonesia, Bandung #senimanmelawancorona #artistsagainstcorona". Ia terus bermain-main dengan bayangan gerakan-gerakan tubuhnya. Sesekali ia mendekat ke kamera kemudian menjauh. Nada penanda pesan masuk di telepon selulernya beberapa kali terdengar.

Seniman pantomim ini kemudian memainkan sebuah balon putih. Digotong-gotong, dikocok-kocok, seperti menunjukkan seseorang yang baru mengenal sesuatu. Balon itu seperti hendak terbang. Ia berusaha memegangnya dan berhasil menguasainya. Dengan muka riang, ia menempatkan balon itu di bawah ketiaknya. Lalu balon itu terus dimain-mainkan.



Malam itu, Ahad, 22 Maret 2020, Wanggi Hoediyatno sedang melakukan pentas daring di sebuah ruangan di tempat tinggalnya, di Bandung. Ia menyiarkan pertunjukan untuk memperingati Hari Pantomim Sedunia yang jatuh pada 22 Maret melalui dua akun media sosialnya pada jam berbeda, yakni Instagram @wanggihoed (pukul 19.00) dan Facebook Wanggi Hoediyatno (pukul 20.00). Pentas itu merupakan upayanya untuk terus berkarya sekaligus menghibur masyarakat di tengah wabah corona.

Inisiator World Mime Day Indonesia itu melakukan pertunjukan virtual karena wabah tak memungkinkannya untuk melakukan pertunjukan di panggung yang mendatangkan banyak penonton. Ia mengikuti anjuran untuk mengkarantina diri dan melakukan penjarakan sosial."Makanya kita tetap merayakan Hari Pantomim Sedunia meskipun dengan cara yang berbeda. Kita ikuti imbauan pemerintah agar tidak ikut tertular atau menulari," ujar Wanggi.


Koran Tempo | Situs Berita Online Indonesia Koran Tempo | Situs Berita Online Indonesia

Merayakan Hari Pantomim Secara Virtual - Seni - koran.tempo.co

Merayakan Hari Pantomim Secara Virtual

Merayakan Hari Pantomim Secara Virtuaeniman pantomim Bandung, Wanggi Hoed, menyiarkan pentasnya secara langsung lewat media sosial.Berkarya sekaligus menghibur masyarakat yang tengah menghadapi pandemi corona.

Lalu Wanggi memasang senter di dekat kamera yang merekam pertunjukan itu. Kemudian tampaklah selembar kertas putih bertulisan"World Mime Day–Indonesia, Bandung #senimanmelawancorona #artistsagainstcorona". Ia terus bermain-main dengan bayangan gerakan-gerakan tubuhnya. Sesekali ia mendekat ke kamera kemudian menjauh. Nada penanda pesan masuk di telepon selulernya beberapa kali terdengar.

Risma Akan Bersih-bersih Kemensos: Berat, Tapi Harus Saya LakukanRisma Akan 

Seniman pantomim ini kemudian memainkan sebuah balon putih. Digotong-gotong, dikocok-kocok, seperti menunjukkan seseorang yang baru mengenal sesuatu. Balon itu seperti hendak terbang. Ia berusaha memegangnya dan berhasil menguasainya. Dengan muka riang, ia menempatkan balon itu di bawah ketiaknya. Lalu balon itu terus dimain-mainkan.

Malam itu, Ahad, 22 Maret 2020, Wanggi Hoediyatno sedang melakukan pentas daring di sebuah ruangan di tempat tinggalnya, di Bandung. Ia menyiarkan pertunjukan untuk memperingati Hari Pantomim Sedunia yang jatuh pada 22 Maret melalui dua akun media sosialnya pada jam berbeda, yakni Instagram @wanggihoed (pukul 19.00) dan Facebook Wanggi Hoediyatno (pukul 20.00). Pentas itu merupakan upayanya untuk terus berkarya sekaligus menghibur masyarakat di tengah wabah corona.

Inisiator World Mime Day Indonesia itu melakukan pertunjukan virtual karena wabah tak memungkinkannya untuk melakukan pertunjukan di panggung yang mendatangkan banyak penonton. Ia mengikuti anjuran untuk mengkarantina diri dan melakukan penjarakan sosial."Makanya kita tetap merayakan Hari Pantomim Sedunia meskipun dengan cara yang berbeda. Kita ikuti imbauan pemerintah agar tidak ikut tertular atau menulari," ujar Wanggi.ertunjukan berdurasi satu jam ini tak seluruhnya diisi pertunjukan. Wanggi juga menyelipkan sesi pengantar dengan sedikit obrolan. Pertunjukan tersebut menghadirkan kisah tentang penyerangan benda-benda terhadap manusia."Kita selalu mendapat serangan besar dan itu menakutkan, namun ada sisi positifnya. Sama seperti ketika teknologi itu hadir," kata dia. Ia mendedikasikan pertunjukan itu untuk Marcel Marceau, salah satu maestro pantomim dunia.

Ia mengakui pengalaman pentas pertunjukan virtual sangat berbeda dengan pertunjukan langsung."Pantomim itu enaknya dinikmati secara langsung," ujar Wanggi kepada Tempo, Ahad lalu. Ia merasakan tantangan berbeda dalam pentas itu. Misalnya, ketika sedang melakukan pertunjukan, terdengar ada pesan masuk dan tag dari pesan-pesan di akun media sosialnya. Hal itu diakui cukup mengganggu konsentrasinya.

Seniman yang akrab dikenal dengan nama Wanggi Hoed itu lahir di Cirebon, 24 Mei 1988. Aktif berkesenian di dunia pertunjukan sejak 2004, ia berpentas di gang-gang kecil, jalanan, ruang publik, hingga gedung pertunjukan, baik di dalam maupun luar negeri.

Bermula dari aktor teater, Wanggi kemudian dikenal luas sebagai seniman pantomim. Sejak kecil, ia memang suka melakukan gerakan-gerakan tubuh dan pada 2004 mulai mementaskan performing art. Pada 2007 ia mendirikan ruang seni pantomim bersama para seniman pantomim Bandung, Imaji Mime Theatre. Kelompok itu kemudian menjadi Mixi Imajimimetheatre Indonesia. Ia pun berproses bersama pantomim sekaligus menghadirkan pantomim kepada masyarakat.

Wanggi mengatakan situasi pandemi corona kini cukup memprihatinkan dan ia ikut berduka atas banyaknya korban. Kendati demikian, menurut dia, ada hikmah yang bisa dipetik."Mungkin bumi sedang memperbaiki diri. Dengan wabah ini, kita juga harus memperbaiki diri, menjaga bumi, menjaga lingkungan," ujar delegasi Indonesia untuk World Mime Organisation ini.

Sumber berita : https://koran.tempo.co/read/seni/451306/merayakan-hari-pantomim-secara-virtual