Rabu, 10 April 2024

NYUSUR HISTORY MUDIK MOVEMENT 2024

 

PRESS RILIS UNTUK DISEBARLUASKAN

NYUSUR HISTORY MUDIK MOVEMENT 13

“Mulih Ka Udik di Negeri Ironi.”

Minggu, 7 April 2024. Pukul : 16.00 WIB s/d Buka Puasa.

Titik Kumpul di Simpang Lima Asia Afrika.

Rute Nyusur :

Simpang Lima Asia Afrika - Alun-Alun Bandung - Red Raws Center (Buka Puasa Bersama)

 

Poster Nyusur History Mudik Movement ke 13 - 7 April 2024

Nyusur History Mudik Movement, gerakan kesenian milik warga yang melakukan seni mudik melintasi beragam peristiwa sosial budaya baik lokal, nasional maupun global dengan berupaya untuk terus konsisten mengingatkan dalam penyadartahuan melalui jalan seni pertunjukan berjalan menyusuri titik yang telah di sepakati. Tahun 2024 kali ini memasuki tahun ke 13, berangkat dari bentuk pengingat dan kesadaran atas fenomena mudik dan segala yang terjadi pada peristiwa kebudayaan ini.

Foto Dokumentasi : Baskara Puraga

    Nyusur History mudik movement kali ini kami melakukan perenungan melalui tema : “Mulih Ka Udik Di Negeri Ironi”, salahsatu seni pertunjukan mudik berjalan dengan gagasan tubuh-tubuh personal, tubuh-tubuh perantau, tubuh-tubuh terjebak pada ruang bising kota, tubuh-tubuh berjejal ilusi di ruang publik sesak berdesak, tubuh-tubuh bertumpuk imaji material, tubuh-tubuh yang terus mencari dimana kelak mereka menemui tubuhnya sendiri, mencari tanah lahirnya, tubuh mereka menjelma menjadi interaksi sosial bergumul dengan keramaian, tubuh budaya mudik yang terjerembab diruang polutan, tubuh-tubuh yang hendak mulih (pulang) dan mulang dengan keironian di negeri yang penuh simsalabim berjejal eksotika kepalsuan, tubuh-tubuh yang mencari hakikat selain mulih ka udik, sebab tanah dan tempat pulang hilang entah kemana, entah tergusur, menjadi beton dan lenyap dalam peradaban. Tubuh mencari pulang.

Seperti yang dilansir Rakyat Merdeka.com, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, pergerakan masyarakat di masa Lebaran menjelang mudik tahun 2024 mencapai 193 juta orang. Hal tersebut disampaikan Menhub dalam konferensi pers Mudik Lebaran, Minggu (17/3/2024). Menurut Badan Pusat Statistik melaporkan Populasi Indonesia saat ini 279.256.836 juta jiwa tertera pada Kamis, 04 April 2024. Ini sungguh angka yang bombastis dalam sejarah kabarnya dan itu dikatakan juga oleh Presiden serupa Menhub. Apakah ini bentuk prestasi, kekhawatiran, perayaan atau hanya pengelabuan dari segelintir kepentingan euforia pejabat negara dan kroninya, seakan mudik bukan pada peristiwa kebudayaannya, dan ini patut dipertanyakan dan direnungkan, walaupun peristiwa mudik tetap terjadi dan dirayakan seluruh masyarakat.

 


Foto Dokumentasi :  Red Raws Center

Tubuh budaya mudik melalui gerakan Nyusur History Mudik Movement hendak berbagi kisah tubuhnya melalui seni pertunjukan berjalan yang hadir diruang publik, sebagai penanda jaman yang sengkarut marut. Tema yang diusung tahun ini merupakan interpretasi peristiwa seni panggung seni pertunjukan berjalan dari beragam peristiwa sosial personal dan komunal. Yang seakan lupa untuk merawat segala hakikat, segala yang dimiliki pada diri, pada tubuh, jiwa dan nurani yang semakin krisis, keluputan yang terus diingatkan melalui cara dan upaya apapun untuk menemui kesadaran hidup. Percepatan yang semakin mengada-ada, membuat luput akan jeda, menepi sejenak dan menelisik makna essensi “mudik” (mulih dilik) atau pulang sebentar, seakan memaknai bahwa pulang adalah peristiwa seni kehidupan dan kebudayaan, dimana kita kembali ke asal dimana kita lahir dan menemui ari-ari akan hakikat diri, menemui kedirian dan berdialog untuk pulang pada diri, dari kesementaraan hidup yang terbatas, dan kita diajak untuk sejenak bertemu pada siapapun, termasuk pada diri.

Mudik merupakan kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan, misalnya menjelang lebaran. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, mudik boleh dikatakan sebuah tradisi yang mutlak harus dilaksanakan. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang lama tersebar di perantauan, tentu juga dengan kedua orangtua. Budaya mudik adalah suatu nilai sosial positif bagi masyarakat Indonesia, karena dengan mudik berarti masyarakat masih menjunjung nilai silaturahmi antar keluarga. Dalam mudik khususnya menjelang lebaran saat ini, bukan hanya menjadi milik ummat muslim yang akan merayakan Idul Fitri 1445 H, namun telah menjadi milik “masyarakat Indonesia”, karena pada dasarnya bersilaturahmi adalah hakikat dari kehidupan bagi siapapun.

Foto Dokumentasi : Nurul Iman Fikri

Buat semua yang hendak perjalanan Mudik. Hati-hatilah dengan semua barang bawaan anda. Jaga kesehatan dan keselamatan selama perjalanan dan selamat sampai tujuan, karena saudara dan handai taulan serta keluarga besar menantikan anda dirumah dan bagi yang tidak mudik, tetap bertahan dan merayakan Hari Raya Lebaran dengan kesederhanaan agar senantiasa bahagia menyertai kita semua. Amin.

Andalah saksi seni pertunjukan berjalan peristiwa kebudayaan mudik tahun 2024.

Selamat lebaran Hari Raya Idul Fitri 1445 H.

Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon Maaf Lahir Batin.

Selamat merayakan mudik semuanya. Terima kasih

.

Pusat Studi Mime Indonesia x OneSix Sauyunan , Bandung, 7 April 2024.

Selasa, 26 Maret 2024

MATI KUTUNYA PANTOMIM INDONESIA


"Semua yang hidup akan menemui kematiannya, dan itu keniscayaan."
Wanggi Hoed.

 

Turut berdukacita atas meninggalnya seni pertunjukan pantomim Indonesia, emangnya udah mati? Mungkin mati kutu, apa begitu-gitu saja, atau memang sunyi sekali kah dan tidak berdenyut lagi nafasnya? Mungkin sedang tertidur atau jeda sejenak. Itu juga bagian dari membaca pertumbuhan di jaman yang semakin cepat, sebab pantomim lahir dan hidupnya tidak secepat dan gesit bagai seni lainnya, dia tidak terburu-buru, sunyinya selalu riuh dan menghujam.

Geliatnya sih memang terasa, tapi untuk sebagian masyarakat yang dekat dengan pelaku, komunitas/kelompok, atau sanggar yang berada disekitarnya saja. Dengan hadirnya teknologi dalam genggaman kita saat ini, kita bisa dapat menemukan informasi dan literasi pertunjukan seni pantomim, walaupun masih sedikit terulas dan tertuliskan baik dalam bentuk fisiknya maupun jejak digital.

Beberapa tahun kebelakang sebelum pagebluk menyerang, saya memperhatikan beberapa pelaku pantomim terpantau bersiap dengan karya-karya pentasnya namun sebagian tertunda dan ambruk (bahkan dibatalkan) sebab diberlakukannya peraturan pemerintah (gelaran seni-budaya dihentikan.red). Sebagian komunitas/kelompok dan individu putar otak dan strateginya, namun tampak terlihat menuju ajalnya, lenyap perlahan lalu mati, sebagian lagi masih berdenyut dan bersiasat memfungsikan sosial media untuk menyebarkan karyanya melalui ruang virtual.

Penulis membaca kemungkinan akan ada kematian pantomim Indonesia di pagebluk ini, sebab tampak beberapa kelompok pesohor legendaris ataupun individu lenyap dari detak jantung kekaryaan juga sosial medianya sebagai sarana informasi bagi penikmat seni ini, bahkan banyak yang beralih untuk bertahan hidup dengan mengolah aktivitas di tempat lain. Ternyata pembacaan saya meleset! Malahan lahir ruang diskursus yang lebih intim di pertengahan tahun 2021 melalui zoom meeting sebagai ruang pertemuannya, juga ada yang memproduksi karya melalui perekaman dan pendokumentasian digital yang bisa kita apresiasi melalui platform youtube maupun instagram.

Pantomim memang (tidak) mati seutuhnya, tapi mati kutu, beruntunglah di jaman ini masih ada beberapa individu pelaku seni maupun kelompok/komunitas/sanggar yang masih terus berdaya menghidupi seni ini di tempatnya. Mati (kutu)nya pantomim di Indonesia adalah disaat para pelakunya mematikan aliran komunikasi - informasi kepada generasi selanjutnya yang sedang bergeliat, juga pada ruang yang telah di aktivasi oleh para inisiator yang (masih) ingin seni pantomim terus tumbuh dan hidup di masyarakat.

Bila kita tengok sejarah kembali, para pelopor seni pantomim juga pernah merasakan hal tersebut, Namun yang berbeda dari para pendahulu sering dimana mereka membawa cerita dari situasi yang sedang dialami pada kenyataan di jamannya. Bahwa kenyataan jaman adalah ruang bercerita dalam genggamannya bagi siapapun dan terus dikabarkan, bahkan melalui seni pertunjukan pantomim sekalipun. Karyanya berbicara dari jaman ke jaman. Dan dari  situlah seniman menjadi saksi akan perisitiwa kehidupan dimulai dari yang terdekat, dan kemudian dapat menjangkau ke berbagai tempat lainnya, untuk apa? Untuk dapat terhubung bukan saja sebuah peristiwa tersebut, namun dapat mengabarkan dengan jangkauan yang lebih luas dan menyerbar.

Nah dengan begitu seni pantomim harus melibatkan dirinya, mengabarkan, mendekatkan diri pada lintasan keilmuan lainnya, bahkan bukan hanya menyampaikan cerita dengan sekedar gerak meniru belaka, tapi lebih pada melihat kenyataan disekitarnya. Apakah itu dapat terwujud, ya mungkin saja, mari berdo’a dengan segala tindakan baik kita untuk ekosistem yang sedang tumbuh ini di khasanah seni pertunjukan yang sepertinya memang sedang tumbuh sedemikian rupa.

Sebagai penutup tulisan dari celotehan yang penuh perenungan ini, saya teringat kalimat yang diucapkan oleh Jaques Lecoq dalam tulisannya, ia dengan tepat menyatakan bahwa "pantomim tidak identik dengan mimikri, ia bukan sekedar tiruan, tetapi cara "menggenggam yang nyata", mengomunikasikan sesuatu tentangnya", tentang peristiwa yang sedang berada di jamannya, agar tidak mati kutu tiba-tiba, niscaya.

Penulis : Wanggi Hoed.

Bandung, 10 November 2022