Rabu, 07 Desember 2011

PERLENGKAPAN BACKPACKER


PERLENGKAPAN KETIKA BER-BACKPACKER



Anda berencana jadi backpacker -turis dengan ransel di punggung sambil berjalan kaki- ke alam bebas atau alam liar? Nah, apa saja perlengkapan yang harus dibawa?
Berikut adalah daftar perlengkapan wajib backpacker meski sesungguhnya kondisi daerah tujuan akan sangat menentukan jenis barang yang dibutuhkan. Saat ke pantai di daerah tropis misalnya, Anda tidak perlu jaket wool tetapi saat naik gunung jaket itu akan sangat diperlukan.
Perlengkapan yang dibawa sebaiknya disimpan berdasarkan klasifikasi fungsinya. Misalnya, simpan makanan dalam sebuah tas tertentu, pemantik atau barang multiguna lainnya dalam tas yang lain. Cara penyimpanan seperti ini akan  memudahkan Anda saat membutuhkan barang tersebut. Bawalah barang yang bisa berfungsi ganda. Contohnya, sarung kantung tidur atau sarung tenda dapat digunakan sebagai tas.

Perlengkapan standar
Uang :D Pastinya !
Uang receh 
Tas punggung 
Kantung tidur, Sleeping Bag ( Kalau mau Bawa ) 
Bantal Traveling ( Kalau mau Bawa )
Tenda (yang akan menjadi rumah selama perjalanan) Bila di perlukan

Makanan dan Minuman 
Botol Minum untuk mengurangi sampah plastik air minum 
Mangkuk dan sendok yang ringan, buat darurat kalau harus makan di dalam perjalanan 
Snack yang banyak apalagi kalau yang punya sakit maag
Permurni air (filter, iodin atau pemutih)
Tungku dan bahan bakar
Layar penghalang angin (untuk menjaga api tetap menyala yang terbuat dari luminum foil)
Panci/wajan yang punya pegangan atau gagang
Pemantik tahan air
Cangkir atau mug
Pisau Swiss atau pisau serba guna
Busa untuk membersihkan panci.
 
Pakaian 
Sandal atau sepatu yang ringan (khusus untuk medan yang sulit atau boot hiking (yang solnya tidak rata dan anti air)
Kaus kaki wool (jika bertualang ke daerah yang dingin)
Celana pendek "sintetik" yang mudah kering (karena akan bermain air cukup sering) 
Jaket dan celana panjang hujan atau angin 
Topi wool ( kalau ada ) 
Baju Ganti selama trip 
Sarung ( karena dibeberapa tempat mewajibkan pengunjung memakai ini)
Dalaman kaus kaki (jika bertualang ke daerah yang dinggin)
Pakaian dalam (long underwear) sintetik untuk bagian atas dan bawah
T-shirt sintetik
Jaket wool
Sarung tangan wool
Bandana

Aksesoris 
Petunjuk arah (kompas), peta jalan atau buka panduan wisata 
Topi berlampu (headlamp) 
Kertas tisu 
Kantung sampah 
Pelembab anti matahari (sun screen) 
Pembersih tangan (hand sanitizer) 
Sikat dan odol gigi 
Perlengkapan P3K seperti plester, aspirin, tissue antiseptik, obat-obatan untuk mengatasi gatal-gatal dan iritasi akibat bersinggungan dengan tumbuhan beracun, semacam CORTAID® Treatment Kit, moleskin, tweezers
Sekop pot plastik
Lip balm


Perlengkapan Tambahan
Tongkat untuk trekking 
Topi untuk melindungi kepala dari sinar matahari atau hujan 
Kacamata hitam 
Majalah dan pena 
Kamera dan film 
Jam tangan 
Gitar / alat musik 
kartu remi 
Sepeda lipat ( kalau mau bawa ) 
papan selancar & alat snorkling ( kalau mau bawa )
Alas tenda (ground cloth)
Duct tape (semacam isolasi yang sangat kuat yang bahkan dapat digunakan untuk memperbaiki pipa bocor)
Jam tangan
Peluit
Saringan kecil (semacam yang digunakan untuk menyaring partikel makanan selagi mencuci piring)

Perlengkapan Khusus
Perempuan: bawalah beberapa tampon/pembalut walaupun Anda tidak berencana menggunakannya; berkemah dapat mengakibatkan beberapa perubahan pada siklus haid Anda.
Pemakai lensa kontak: bawalah cairan pembersih dan kacamata
Sumber : Kompas.com dan berbagai sumber media.






Selasa, 06 Desember 2011

Save Our Heritage Lewat Pantomime


Save Our Heritage Lewat Pantomime
oleh Nissa Rengganis pada 17 November 2011
Nissa Rengganis

Nyasar Nyusur History Indonesia-bukan cuma mimpi!

Hidup berawal dari mimpi! Barangkali itu kalimat yang sudah usang di telinga kita. Tapi terkadang kata-kata itu sangat ampuh untuk terus menjaga harapan dan mengejar mimpi yang kita miliki. Cuma obrolan basi dan secuil mimpi di sore hari-mengawali  terbentuknya Komunitas Pantomim - digawangi oleh dua mahasiswa STSI Bandung Wanggi Boediardjo (Pantomime) dan Irwan Nu’man (musik-terompet) yang memiliki obsesi menelusuri Indonesia. Bosan di kampus dan malu kalau berani kandang terus. Itulah yang mendorong mereka "nekat" jalan-jalan keliling kota-yang rencana seluruh Indonesia. dan, bukan kota-kota imajiner.

Nyasar Nyusur History Indonesia-begitulah nama perjalanan mereka.  Perjalanan mereka bukan sekedar untuk mencecap gemerlap kota. lebih dari itu. Mereka menyusuri kota-kota dengan membawa pertunjukan pantomime dengan memilih bangunan-bangunan tua menjadi latarnya. Pangung jalanan- itu yang saya tangkap dari konsep perjalanan mereka. Aksi mereka di halaman Balai Kota Cirebon dan Alun-Alun Kejaksan pada 30 Oktober kemarin sama sekali diluar yang saya bayangkan. Sebuah pertunjukan dimana tidak ada panggung megah, tidak ada riuh tepuk tangan penonton-tidak dengan baliho-baliho sponsor perjalanan-atau tiket masuk ke dalam gedung pertunjukan. Jalanan di tiap sudut kota disulap menjadi panggung yang sederhana dengan penampilan pantomime komedi hitam yang ceria ala J-Mack. Simboliasasi sepatu dipilih oleh Wanggi untuk menunjukkan betapa persoalan itu masih banyak dan menyesakkan. Aksi pantomime menjadi lebih hidup dengan suara terompet yang menjadi magnet tersendiri. Nyanyian terompet yang dibawakan Irwan Nu’man bukan sekedar menajdi musik pendamping, melainkan sebagai pengisi dari kekosongan-kekosongan mimik dan gerak pantomime.

Heritage: Bukan Basa-basi
Pantomime dipilih oleh dua mahasiswa STSI ini sebagai media untuk mengkampanyekan heritage. Hal ini bermula dari kegelisahan mereka yang menyaksikan banyaknya bangunan-banguann bersejarah di kota Bandung berganti wajah menjadi bangunan modern seperti factory outlet, café n resto, hotel dan lainnya. Layaknya anak muda yang selalu bergairah-ini pun membuat mereka ingin ambil bagian dalam pelestarian heritage. Sejauh ini, gerakan-gerakan pelestarian hertige di Bandung pun hanya sebatas pada kegiatan formal seperti masuknya dalam tour wisata heritage atau workshop terkait sejarah kebudayaan Indonesia. Namun, kehadiran kelompok-kelompok muda yang ikut dalam kampanye heritage memberi warna segar dengan mengemas beberapa event yang lebih dekat dengan segmen anak muda semisal lomba foto banguann tua, karnaval film, music, karnaval sepeda ontel dan salah satunya pertunjukan pantomime.

Spirit ‘street on the street”  yang dibawa oleh kelompok Pantomime asal Bandung- sudah tampil di lima kota dan seluruhnya memusatkan pada beberapa bangunan tua sebagai bentuk kampanye mereka atas pelestraian bangunan tua. Di Jakarta penampilan mereka di pusatkan pada pelataran kota tua Fatahillah.  Aksi mereka di Bandung berlokasi pada tiga tempat yaitu Gedung Merdeka, Gedung Sate dan Rumah Bata Merah. Sama halnya dengan di Yogyakarta, tanggerang dan Cirebon yang memilih lokasi di pelataran bangunan tua seperti kantor pos besar (Yogya), alun-alun Cirebon dan kali cisadane di Tanggerang. Beberapa lokasi yang dipilih tersebut merupakan salah satu cara mereka untuk ikut ambil bagian dalam pelestarian bangunan-banguan tua di berbagai kota.

Bukan saja upaya pelestarian bangunan tua lewat kampanye heritage-nya, namun kelompok ini juga berusaha melestarikan tradisi pantomime-dimana pantomime sendiri masih kurang popular di Indonesia. Dengan konsep street on the street mereka berharap kehadiran pantomime bisa membuka ruang apresiasi langsung pada penikmatnya. Karena, sejauh ini pantomime hanya hadir dari panggung ke panggung dan gedung ke gedung. Hal ini yang menyebabkan pertunjukan pantomime menjadi ruang yang sunyi.  Gagasan Nyasar Nyusur History Indonesia-membuka ruang-ruang baru bagi penikmat pantomime dan memberi kemungkinan apresiasi yang intents antara pegiat dan penikmat.
Pantomime, terompet, juru foto dan misi heritagenya – bagi saya menjadi hidup karena spirit berproses yang dibawa dari dua lelaki-belum rampung kuliahnya ini. Spirit berkesenian mereka ditunjukkan dari keberaniannya menunda tugas-tugas kuliah, jalan-jalan dengan uang ngepas, dan keberanian menyoal isu-isu global hari ini adalah titik pencapaian atas proses mereka.

Masih banyak yang perlu di pertanggungjawabkan dari perjalanan mereka. semisal seberapa signifikan isu heritage yang mereka bawa-kalau sekedar tampil dengan latar bangunan-banguan tua. alih-alih mereka terjebak dan 'latah' dengan isu global hari ini-salah satunya heritage yang mereka kampanyekan. Tapi, terlepas dari itu- saya kira perjalanan mereka memungkinkan membuka ruang-ruang apresiasi,  silaturahmi, berbagi dan mengamati perkembangan komunitas di tiap kota. Itulah barangkali bentuk investasi mereka- yang jauh lebih mahal dan berharga ketimbang bantuan dana dari para donator atau penjualan tiket pertunjukkan. Sampai tulisan ini selesai, saya salut atas keberanian dan rasa keras kepala mereka untuk tetap berkarya dengan kondisi (keungan) seadanya tapi tidak menjadi apa adanya. Mungkin sprit macam ini yang perlu di adopsi oleh beberapa komunitas di Cirebon. Bravo!


Buat dua sahabat saya: Irwan Nu’man dan Wanggi Boediardjo
Pantomime:Nyasar Nyusur History Indonesia edisi Cirebon 30 Oktober 2011- Halaman Balaikota dan Alun-Alun Kejaksan

*Photograper:
 - Ilman Saputra
 - Muhammad Iqbal


Nyasar Nyusur History Kota Bareng Pantomim



Nyasar Nyusur History Kota Bareng Pantomim
Satugeners · Gan Ridwan · Selasa, 1 November 2011
Bandung (Satugen); Nyasar Nyusur History yang biasa dilakukan Wanggi Hoediyatno Boediardjo di bilangan jalan Bragaweg akan terus dikenang boleh jadi dirindukan oleh masyarakat Bandung. Tapi, ya karena ingin ada sesuatu baru. Wanggi sang empu Pantomim sesuai dengan irama gerakan Pantomim meloncat dari satu kota ke kota lain.  

Kali ini Wanggi Hoediyatno Boediardjo punya oleh-oleh buat Satugeners  semua. Hari minggu lalu kelana Nyasar Nyusur History  Kota dilakukan sang empunya Pantomim di kota Wali Cirebon. Tempat kelahiran sang empu Pantomim ini menarik hati oleh karena kerinduan akan kota serta masyarakatnya yang khas bikin Wanggi kerasan. Apa boleh buat! Tempat kelahiran membuat seseorang merindukan sejati dirinya.

“Cirebon dikenal dengan nama Kota Udang dan Kota Wali,” Ujar Wanggi “Cirebon biasa disebut Caruban Nagari yang punya arti penanda gunung ceremai dan Grage yang punya kesan mendalam yang bermakna sebuah negri yang luas,” Lanjutnya.

Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, bahasa Sunda dan Jawa. Sang Empu Pantomim nyusur Hall Balaikota dan Alun-Alun Kejaksaan Cirebon dengan gerakan indah melakukan cerita tanpa kata. Ekspresi tiada henti dengan iringan saxophone perform di dua tempat dengan malam yang terang khas Cirebon.

Hmm namanya juga Wanggi sang empu Pantomim harus ada sesuatu yang dibagikan dalam oleh-olehnya. Wanggi ingin mengatakan “Cirebon itu asal katanya dari Caruban, dalam bahasa Jawa; punya arti Campuran. Betapa tidak! Cirebon masyarakatnya sangat pluralis Sunda, Jawa, Tionghoa, danb kombinasi campuran Arab,” Cerita Wanggi.

“Bisa juga sering masyarakat Cirebon mengenal Cirebon Ci yang berarti Cai dan Rebon berarti Udang oleh karena Udang merupakan sumber penghasilan utama bagi masyarakatnya,” Ungkap Wanggi.

Inilah perjalanan tiada henti dari sang empu Pantomim dengan melakukan nyasar Nyusur di kota-kota bersejarah. Wanggi akan terus dikenang dan dirindukan oleh masyarakat setempat oleh karena dia membuat sisi lain kota menjadi menarik dan indah. Moga saja ini menjadi pembelajaran bagi semua masyarakat. Betapa kota adalah ruang publik yang harus kita lestari dan dijaga keindahannya.