Senin, 15 Mei 2023

 

Membicarakan Pantomim, Kolaborasi, dan Ruang: Kisah dari Tiga Daerah

Tiga seniman pantomim dari tiga daerah berbeda berbagi berbagi kisah. Farid Mime dari Kediri, Alfan Tomim dari Jombang, dan Wanggi Hoed dari Bandung.





Penulis Tofan Aditya28 Maret 2023


BandungBergerak.id – Di hadapan pengunjung, dengan wajah bercat putih dan pakaian hitam-putih, Nizar mencoba menghibur setiap mata yang memandang ke arahnya. Musik jazz mengiringi setiap gerak-geriknya. Nizar berdansa. Sesekali, dia juga memperagakan bagaimana lawan berdansanya berusaha mengambil benda yang ada di saku celana belakangnya. Riuh tepuk tangan terdengar selepas Nizar, yang juga merupakan seorang Tuli, menyelesaikan aksi pantomimnya.

Tidak hanya Nizar, Farid Mime, begitu ia sering disapa, juga berkesempatan untuk tampil. Sedikit berbeda dengan Nizar, Farid tidak menggunakan musik, dia memilih sebuah kursi sebagai properti. Di awal penampilannya, Farid duduk di kursi. Matanya melihat ke sekeliling. Tak lama, dia berdiri, sedikit membungkuk. Matanya membelalak, lidahnya keluar. Kemudian, Farid jatuh ke lantai. Tubuhnya menggeliat dan bergerak sedikit demi sedikit mengikuti arah kepalanya, seolah lehernya sedang ditarik oleh seseorang.

“Judulnya aja ya Anjing Penjaga,” terang Farid, “jadi dia tadi melet-melet di situ, lirik sana lirik sini, itu kayak ‘disuruh’ dan mau. Pada akhirnya dia kan keseret-seret. Dan matinya gak enak.”

Selain mereka berdua, ada pula Ismail, pemuda asal Jombang, yang ikut mempertunjukkan aksi pantomimnya. Pertunjukkan dari tiga seniman ini adalah agenda pembuka dalam kegiatan Art of Silence, Art of Life pada Sabtu (25/3/2023) sore. Bertempat di Pasar Antik Cikapundung, kegiatan yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Mime Wanggi Hoed dan berkolaborasi dengan Red Raws Center ini merupakan rangkaian dalam perayaan Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung.

Selepas pertunjukkan, acara dilanjutkan dengan bincang seni. Di hadapan pengunjung, duduk tiga seniman pantomim dari tiga daerah berbeda: Farid Mime dari Kediri, Alfan Tomim dari Jombang, dan Wanggi Hoed dari Bandung. Dipandu oleh Andy Waluya Wartja alias Kitting, ketiga seniman ini bercerita tentang pantomim, kolaborasi, dan ruang di daerah masing-masing.


Kisah Pantomim dari Jombang, Kediri, dan Bandung

Alfan Tomim diberi kesempatan pertama untuk bercerita. Beliau langsung bercerita tentang kesibukannya saat ini mengurus Sekolah Pantomim Nusantara di kediamannya di Jombang. Berdiri sejak tahun 2019, sanggar seni yang dinamainya sekolah tersebut fokus dalam mendekatkan pantomim pada anak-anak. Bahkan tidak hanya anak-anak, sejak dua tahun lalu, Sekolah Pantomim Nusantara juga fokus kepada kelompok difabel.

Setiap satu minggu sekali, tepatnya hari Jumat, anak-anak berkumpul dan berdiskusi. Di tiap pertemuannya, anak-anak dilatih untuk mengekspresikan imajinasi mereka. Nizar dan Ismail, yang merupakan penampil di agenda sebelumnya, adalah murid dari sanggar ini yang telah bergabung ketika duduk di bangku SMP. Bagi Alfan, Sekolah Pantomim Nusantara adalah upaya untuk menginklusikan pantomim agar dapat dinikmati oleh semua kelompok usia.

“Bagaimana anak-anak menjadikan pantomim sebagai media untuk membebaskan kemerdekaan mereka,” terang pria kelahiran Jember tersebut.

Selanjutnya giliran Farid Mime yang bercerita. Farid mengenal pantomim sejak masih bersekolah di salah satu SMP di Pasuruan, tepatnya tahun 2013. Namun ketika melanjutkan sekolah di salah satu SMK di Kediri, Farid sempat vakum menekuni pantomim. Baru kemudian saat berkuliah laki-laki bernama lengkap Farid Muhammad ini kembali tertarik dengan seni pantomim. Alasannya, belum ada seniman pantomim di daerahnya tersebut.

Bagi Farid, pantomim adalah salah satu cara untuk menyerap dan mengekspresikan perasaan, baik itu yang berasal dari diri sendiri maupun lingkungan. Oleh karenanya, laki-laki yang juga aktif terlibat dalam aksi-aksi di akar rumput ini menganggap bahwa tidak aneh apabila seni pantomim lekat dengan isu-isu di masyarakat, mulai dari isu lingkungan sampai hak asasi manusia.

“Kan aku berangkat dari psikologi gitu, jadi fokusnya lebih ke visualisasi rasa. Jadi, memvisualisasikan rasa apa yang diresahkan diriku gitu, utamanya. Pun dari hal-hal di lingkungan,” ucap Farid.

Sebagai pembicara terakhir, Wanggi Hoed memiliki cerita sendiri. Bagi Wanggi, seni pantomim sudah lama berkembang di Bandung. Nama-nama seperti Dede Dablo dan X Man pernah eksis sebagai pengisi pentas dalam seni yang menjadikan mimik dan gerak sebagai dialog.

Di tahun 2007, bersama Rama Kusnadi, Wanggi mendirikan sebuah komunitas ketika masih berkuliah di STSI Bandung. Komunitas tersebut bernama Mixi Imaji Mime Theater. Sejak tahun 2007 sampai 2011, tahun resmi kelahirannya, komunitas ini aktif berlatih pantomim setiap saat.

“Karena ruangnya kampus bahwa setiap hari latihan, ya tiap hari pertunjukkan,” terang Wanggi, “Latihan itu bagian dari uji coba, gitu.”

Melalui komunitas ini, Wanggi mulai mencoba menyoroti isu-isu kaum marginal dan kelompok minoritas. Suara dari kelompok yang terdiskriminasi terus digemakan. Dari konsistensi Wanggi ini, muncul kemudian wacana ‘pantomim adalah perlawanan’.

Setelah komunitas, Wanggi ingin menaiki tangga lagi. Pijakan yang dipilih adalah dengan mendirikan Pusat Studi Mime Wanggi Hoed. Melalui momen dan movement, Wanggi ingin mencoba membawa pantomim tidak hanya sebagai sebuah seni pertunjukkan, tetapi sebuah seni yang bisa dipandang lebih ilmiah.

Pusat Studi Mime Wanggi Hoed mulai aktif melakukan pendokumentasian arsip, kajian, dan kekaryaan seni pantomim. Pameran poster yang ditampilkan dalam perayaan Hari Pantomim Sedunia di Bandung pada tahun ini juga merupakan hasil dari kerja-kerja Pusat Studi Mime Wanggi Hoed.

“Karena pantomim itu pada akhirnya punya cara kemandirian tersendiri, garis nilainya tadi. Selain seni ini sunyi, tidak begitu populer seperti seni lainnya,” pungkas Wanggi.


Agenda Selanjutnya Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung

Bertepatan dengan kumandang azan magrib, diskusi pun selesai. Riuh tepuk tangan penonton kembali hadir mengapresiasi gelaran bincang seni bersama tiga seniman pantomim hari ini. Pengunjung, penampil, dan pembicara kemudian buka puasa bersama dengan menyantap camilan yang telah disediakan. Namun kegiatan belum berakhir. Tidak lama berselang, Alfan Tomim, menyuguhkan penampilan penutup dalam acara perayaan Hari Pantomim Sedunia hari ini.

Ke depannya, rangkaian perayaan Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung masih akan terus berlanjut. Pameran poster dan kegiatan-kegiatan lainnya akan dilaksanakan sampai dengan tanggal 20 April 2023.

Pada Rabu (29/03/2023) nanti, akan ada pemutaran film dan diskusi bersama Alya Nurshabrina, Miss Indonesia 2018, di Red Raws Centre, Pasar Antik Cikapundung, Lantai 3 Blok FC 1, Bandung.

Mime the Language of Peace. Mime the Language of All. Pantomim Dimana-mana.

 

Editor: Ahmad Fikri
Sumber Berita Bandung Bergerak : 
https://bandungbergerak.id/article/detail/15287/membicarakan-pantomim-kolaborasi-dan-ruang-kisah-dari-tiga-daerah

 

Peringatan Hari Pantomim Sedunia di Kota Bandung: Pusat Studi Mime Wanggi Hoed Gelar Pameran

Mochamad Fazhri Syamsi- 27 Maret 2023.







Literasi News – Telah 12 tahun Hari Pantomim Sedunia di Indonesia dirayakan. Sebagai ruang merayakan keheningan mahkluk hidup pada peradaban yang dalam kondisi krisis setelah pegebluk saat ini.

 

Pada tahun 2023 ini, Hari Pantomim Sedunia menampilkan Pameran poster karya pertunjukan dari 19 Titik kota dan negara yang telah masuk dalam kurasi bulan februari hingga maret dengan tema global “2023 THE YEAR OF THE GREATEST MIMES” yang dicetuskan World Mime Organisation.

Untuk mewujudkan perayaan Hari Pantomim Sedunia tersebut, Pusat Studi Mime Wanggi Hoed berkolaborasi dengan Red Raws Center dan Kolaborator lainnya menyelenggarakan pameran poster dan arsip pertunjukan Pantomim dan Bincang Seni “membicarakan Pantomim, Kolaborasi dan Ruang”di Pasar Antik Cikapundung lantai 3 blok FC 1, Kota Bandung , Sabtu 25 Maret 2023.


Dalam Bincang Seni yang merupakan rangkaian acara dari Hari Pantomime Sedunia ini diisi oleh beberapa tokoh pantomim Indonesia di berbagai daerah seperti Wanggi Hoed (Pusat Studi Mime Wanggi Hoed, Bandung) , Alfan Tomim (Sekolah Pantomim Nusantara, Jombang), dan Farid Muhamad (Mime, Kediri).


Kegiatan Pameran tersebut diselenggarakan pada 20 Maret 2023 hingga 20 April 2023 dan merupakan rangkaian acara dari Hari Pantomim Sedunia.

Alfan Tomim, Sekolah Pantomim Nusantara, Ia mengatakan ia mendirikan Sekolah Pantomim Nusantara sebagai sarana ruang berekspresi anak-anak terhadap imajinasi mereka.

“Hampir setiap minggu, satu minggu sekali setiap hari jumat kami bertemu dengan anak –anak, berdiskusi dengan anak-anak. Bagaimana anak-anak menjadikan pantomime menjadi media untuk membebaskan kemerdekaan mereka,” ungkap Alfan saat diskusi di Markas Red Raws Center, Pasar Antik Cikapundung, Sabtu 25 Maret.

Mereka Berfokus untuk mengembangkan pantomim ini untuk isu-isu anak-anak dan Disabilitas. Ia menganggap pantomime dirasakan bagus sebagai media penyaluran ekspresi bagi anak-anak.


Farid Muhamad, Aktor Mime dari Kediri dengan latar belakang jurusan Psikologi, Ia menganggap bahwa pantomime merupakan wujud visualisasi rasa kebentuk olah tubuh yaitu pantomime.

 Pertama kali ia berpantomime ialah pada saat ia kuliah lalu masuk teater, lalu ia ingin melakukan pertunjukan secara mandiri, lalu ialah memilih pantomime hingga sekarang.

“di Kuliah terlalu di tentuin jamnya ini itu ini itu, dan aku gak bisa jadi lebih ke komunitas teater diluar. di teater ini diajari ini ini tapi aku menangkap hal itu sebagai aku ikut tetaer enggak. Tapi aku nyoba sendiri lebih ke perfom art. oh bukan, nanti aku pake make up dan pantomime,” Kata Farid.

Dalam hal ini, Ia menjadi actor pantomime yang pertama ada di Kediri. Menurut keterangan dia Secara spesifik di Kediri belum ada komunitas pantomime yang menaunginya.


Berbeda dengan mereka, Wanggi Hoed lebih memilih Pantomime sebagai media untuk menyuarakan isu-isu yang tak pernah didengar Seperti Isu HAM dan Ekologi.

“Pada saat saya mencari literasi pantomime, sepertinya saya ketipu dengan komedi ini. Karena komedi ini sudah setiap hari dalam kehidupan, menertawakan apapunlah ya,” ungkapnya.

Awalnya ia merasa tertipu dengan pantomime yang selama ini hanya dibalut dengan komedi, namun saat ia mencari latar belakang pantomime tersebut, ia sadar bahwa pantomime sendiri merupakan ruang untuk memberikan pesan lewat gerak tubuh.

Ia berpendapat Karena pantomime sendiri banyak ekspresi di dalamnya, kenapa pada akhirnya ada tawa dan sedih.


“Imajinasi itu bukan hanya yang ada dalam pikiran, tetapi imajinasi juga apa yang kita lihat dan realitaskan” Tambahnya.

Selain itu, Kegiatan tersebut menampilkan Pertunjukan Seni Pantomim dan juga penampilan seni lainnya dari seniman lokal bandung seperti Rattimaya ,Lumensplay, dan Nil Saujana.

Hal tersebut menjadi upaya baik untuk menumbuhkan ekosistem seni pantomime yang ada di Indonesia.

Selain itu tahun ini adalah tahun diperingati 100 tahun Marcel Marceu dan 125 tahun Etienne Decroux sebagai perayaan dan penghormatan kepada karya dan pemikiran mereka terhadap pantomime.

Hari Pantomim sedunia diperingati sejak 2011 dan diikuti 40 negara di 4 benua hingga saat ini termasuk Bandung, Indonesia.***


Sumber berita dari Literasi News dot com

https://literasinews.pikiran-rakyat.com/peristiwa/pr-926481165/peringatan-hari-pantomim-sedunia-di-kota-bandung-pusat-studi-mime-wanggi-hoed-gelar-pameran

 

Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung: Perayaan Menembus Keheningan

Pusat Studi Mime Wanggi Hoed bersama Red Raws menggelar pameran poster dan arsip pertunjukan pantomim di Red Raws Center, Kota Bandung, sebulan penuh.





Penulis Dini Putri22 Maret 2023


BandungBergerak.id – Hari ini, pada setiap tanggal 22 Maret , dunia memperingatinya sebagai Hari Pantomim Sedunia. Perayaan yang di inisiasi oleh World Mime Organisation, organisasi yang berasal dari pelaku pertunjukan seni pantomim yang tersebar di 40 negara di 4 benua. Perayaan tersebut merupakan penghormatan pada pemikiran dan karya-karya Marcel Marceau , aktor pantomim Prancis yang lahir 22 Maret 1923, satu abad yang lalu. Seniman tersebut meninggal 22 September 2007 setelah lebih dari 60 tahun berkiprah menggeluti seni yang disebutnya sebagai “seni keheningan”.

Seniman pantomim di Indonesia mulai merayakan Hari Pantomim Sedunia pertama kali tahun 2011. Tahun 2023 ini, seniman Bandung  turut andil memperingatinya dengan menggelar pameran poster dan arsip pertunjukkan pantomim oleh Pusat Studi Mime Wanggi Hoed bersama Red Raws di Red Raws Center, Pasar Antik Cikapundung Latai 3, Blok FC 1, Kota Bandung yang dimulai Senin (20/3/2023) hingga satu bulan ke depan.

Ada ratusan poster dan arsip pertunjukkan pantomim yang dipamerkan. Seluruhnya berjumlah 149 item poster dan arsip pertunjukkan yang dikumpulkan dari 21 wilayah di Indonesia termasuk beberapa yang berasal dari luar negeri seperti Malaysia dan Perancis.

Ketua Raws Syndicate, Wahyu Dhian mengatakan, pameran tersebut sekaligus menjadi upaya mengarsipkan perjalanan senin pantomim khususnya di Bandung. Pengarsipan sering kali terabaikan di masyarakat sehingga memori-memori yang ada mengenai suatu peristiwa menjadi terlupakan.

“Pantomim ini kan sebenarnya seni-seni yang kurang mendapatkan atensi di masyarakat, tapi pelakunya ada. Nah, temen-temen ini praktik-praktiknya itu perlu dicatatkan biar jejak rekamnya terhadap perjalanan pantomim Indonesia ini bisa diceritakan kemudian,” ujar Wahyu.

Wahyu yang juga menggeluti dunia fotografi bersama komunitasnya merasakan keterkaitan dan kesamaan dengan seni pantomim. Fotografi juga senin pantomim, menjadi media untuk mengekspresikan berbagai macam hal, termasuk kritik sosial juga alat perlawanan.

“Persamaannya mungkin ya medium ini kami jadikan sebagai alat melawan, melawan apapun lah yang menurut kami kurang berkenan. Ya akhirnya ketemu lah gitu kan pantomime dan fotografi dalam kesamaan ideologi,” ujar Wahyu.

Wanggi Hoed, seniman pantomim Bandung mengatakan, tujuan pameran tersebut sekaligus mengenalkan seni pantomim yang mengajarkan kita mengenai makna hidup sehari-hari. Pameran tersebut juga menjadi upaya mengarsipkan perkembangan seni pantomim di Indonesia, khususnya di Bandung.

“Repertoar ini hanya mengingatkan, menjembatani aktivitas-aktivitas manusia yang semakin cepat itu. Seseorang bisa terkenal dan sukses dengan cepatnya, juga bisa hancur seketika dalam waktu yang singkat oleh perilakunya sendiri,” ujar Wanggi.

Wanggi mengatakan, poster yang dipamerkan sekaligus menjadi pengingat perjalanan pantomim di Indonesia. Poster tersebut juga menjadi arsip yang berharga untuk keberlangsungan pertumbuhan seni pantomim selanjutnya.

“Poster ini kan bisa berbicara banyak ya gitu, dari segi tempat, tanggal, dan termasuk momen tadi ya, dan mungkin hanya tersimpan di file, di hardisk, di laptop, sosial media, selesai. Nah, saya coba mengawetkan itu untuk bisa diapresiasi oleh semua orang. Bahwa poster kalian bisa berbicara dan poster kalian adalah sejarah milik kalian sendiri, karena ini jejak rekam yang mungkin kalian lupa tapi pasti ada orang yang mengingatkan,” ujar Wanggi.

Beragam Acara

Ada beragam acara yang dipersiapkan mengikuti agenda pameran. Mulai dari pemutaran film dokumenter mengenai pantomim, pertunjukan seni dan diskusi, serta peluncuran buku yang mengkolaborasikan fotografi dan pantomim dalam konsep cerita. Pameran poster dan arsip dibuka pertunjukkan pantomim oleh Wangi, pembacaan dongeng oleh Ratimaya, serta penampilan musik akustik oleh Nil Saujana.

Wanggi membuka pameran dengan pertunjukkan pantomim berdurasi 60 detik yang bercerita tentang roda kehidupan yang dijalani manusia. Lewat penampilannya, ia mencoba untuk mengangkat makna dialektika kehidupan manusia yang dipenuhi pasang surut dalam 60 tahun rata-rata rentang usia manusia.

Ratimaya yang ikut meramaikan pembukaan acara dengan mendongeng kisah yang menyoroti pentingnya menjaga ekosistem hutan dan pelestarian pohon bagi keberlangsungan hidup manusia. Ia menjelaskan jika dongeng juga memiliki beberapa relevansi dengan pantomim sebagai seni pertunjukan dan juga wahana edukasi masyarakat yang manfaatnya bukan hanya ditujukan kepada anak-anak, namun bisa dinikmati pula oleh semua kalangan.

 “Dari dongeng kita bisa mengajarkan kepada para pendengar gitu ya, supaya mereka bisa peka terhadap orang yang sedang berbicara, terus bisa mengolah imajinasi mereka juga, mereka bisa mendapatkan kosakata baru, mereka bisa melihat satu pergerakan dalam si dongeng itu. Jadi banyak banget poin yang bisa didapatkan ketika temen-temen itu menikmati dongeng,” ujar Ratimaya.

 

Editor: Ahmad Fikri
Sumber Berita : BANDUNG BERGERAK 
https://bandungbergerak.id/article/detail/15251/hari-pantomim-sedunia-2023-di-bandung-perayaan-menembus-keheningan#:~:text=Penulis%20Dini%20Putri22%20Maret,memperingatinya%20sebagai%20Hari%20Pantomim%20Sedunia.

Minggu, 27 Maret 2022

PRESS RELEASE WORLD MIME DAY 2022 • 11 TAHUN HARI PANTOMIM SEDUNIA DAN 99 TAHUN MARCEL MARCEAU

 


Artwork World Mime Day, Bandung, Indonesia 2022 oleh Setia Adi @swrks.wolf 


PRESS RELEASE

”SYAIR HENING • JAMPI JEMPE”

 WORLD MIME DAY 2022 • SELASA, 22 MARET 2022. LOKAKARYA PELATIHAN PANTOMIM (17-19 MARET 2022) DAN PAMERAN ARSIP JEJAK SENI PANTOMIM (22-25 MARET 2022) . 

BERTEMPAT DI CUDETO DIGITAL CAFE CREATIVE COMMUNITY SPACE. JALAN CILAKI NO 34, BANDUNG, JAWA BARAT, INDONESIA.  PUKUL 19.00 WIB. 


TAHUN 2020-2021 ADALAH TAHUN YANG SULIT BAGI SELURUH MANUSIA DI BUMI INI, SEBAB PAGEBLUK MENYERANG DAN KITA MUSTI MENGKARANTINA DIRI MASING-MASING DIRUMAH. DUNIA SENI PERTUNJUKAN JUGA TERASA REDUP REDAM, HENING DAN SENYAP SERTA TIARAP DIRUANGNYA, DEMIKIAN JUGA SENI PANTOMIM, NAMUN SENI PANTOMIM TIDAK HANYA DIAM, MENCOBA TERUS BERGERAK DENGAN SEGALA DAYA UPAYA DAN CARANYA. TAHUN 2022 & 2021 JUGA MENCOBA MERANGKAK DENGAN TERUS BERKARYA DI MEDAN ALIH WAHANA DAN ALIH-ALIH LAINNYA, DITITIK INILAH SIASAT, STRATEGI SERTA IMAJINASI DIPERLUKAN, NAMUN MASIH SAJA TERJADI MISKINNYA IMAJINASI PARA SENIMANNYA, YANG SEHARUSNYA MENJADI DAYA KREATIF UNTUK MENCARI CELAH GUNA MENGALIRKAN KEBERANIAN DAN KEBEBASAN BEREKSPRESI DAN BERKARYA.


KINI TEPAT DI 11 TAHUN PERINGATANNYA SEJAK TAHUN 2011 YANG DI INISIASI OLEH WANGGI HOED SEBAGAI DELEGASI DARI INDONESIA UNTUK WORLD MIME ORGANISATION. HARI PANTOMIM SEDUNIA ATAU KITA SEBUT WORLD MIME DAY 2022 DIPERINGATI DAN 99 TAHUN MARCEL MARCEAU, TAHUN 2022 KALI INI DENGAN TAJUK "SYAIR HENING • JAMPI JEMPE", TAHUN INI PUSAT STUDI MIME WANGGI HOED BERKOLABORASI BERSAMA CUDETO DIGITAL CAFE CREATIVE COMMUNITY SPACE DAN SUAR NUSANTARA MEMPERINGATI HARI PANTOMIM SEDUNIA, MERUPAKAN SALAHSATU PENGHORMATAN TERHADAP PEMIKIRAN JUGA KARYA-KARYA MARCEL MARCEAU DAN KELAHIRAN MAESTRO PANTOMIM PERANCIS INI. SEPERTI YANG PERNAH DIUNGKAPKAN MARCEL MARCEAU : "BUKANKAH MOMEN PALING MENYENTUH DALAM HIDUP KITA MENEMUKAN KITA TANPA KATA-KATA". TAHUN INI BERTEMPAT DI CUDETO DIGITAL CAFE CREATIVE COMMUNITY SPACE, JALAN CILAKI NO. 34 BANDUNG, JAWA BARAT, INDONESIA.


SYAIR HENING • JAMPI JEMPE ;

SEBAGAI RUANG UNTUK MERAYAKAN KEHENINGAN MAKHLUK HIDUP TERUTAMA MANUSIA DI PERADABAN YANG SEDANG DALAM KONDISI KRISIS DAN PENGEBLUK SAAT INI. MEMUPUK KEMBALI NILAI-NILAI HIDUP, DAN SIKAP DALAM RAPALAN MANTRA YANG SUNYI DI DALAM LINGKARAN EKOSISTEM SENI YANG HARI INI MASIH MEMBERI DENYUT PERTEMUAN UNTUK DAPAT BERBAGI CERITA DAN PERJALANAN SERTA PERJUANGAN BAGI MEREKA PARA PENDAHULU YANG TELAH TIADA, NAMUN KARYA DAN PEMIKIRANNYA MASIH TERUS DISEBARLUASKAN, DIPELAJARI DAN DIAMALKAN DALAM AKTIVITAS HIDUP.


MELALUI PERAYAAN SEDERHANA INI, PUSAT STUDI MIME WANGGI HOED BERSAMA KOLABORATOR LAINNYA HANYA INGIN MENYAMPAIKAN DAN BERBAGI MENGENAI PENJELAJAHAN, DAN PERJALANAN SENIMAN PANTOMIM DAN KREATIVITAS DARI SUDUT PANDANG LAIN UNTUK MENJEJAK DALAM INGATAN KOLEKTIF SERTA MELANJUTKAN DAYA KREATIF YANG DAPAT MENJADI INSPIRASI BERSAMA DENGAN MASYARAKAT DUNIA LAINNYA. DENGAN RANGKAIAN LOKAKARYA PELATIHAN PANTOMIM (SELAMA 3 HARI) DENGAN PEMATERI; MUMU MUKRIE, DEDE DABLO DAN WANGGI HOED, PERTUNJUKAN PANTOMIM, DAN PAMERAN ARSIP JEJAK SENI PANTOMIM JUGA MUSIK AKUSTIK DIMAS WIJAKSANA YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI "SYAIR HENING • JAMPI JEMPE", UPAYA UNTUK TERUS BERGERAK BERKARYA AGAR YANG TELAH TERTANAM, TUMBUH DAN MENJADI RUANG PEMBELAJAR DAPAT DIAMALKAN DAN BERFUNGSI DI KEHIDUPAN MASA YANG AKAN DATANG UNTUK GENERASI BERIKUTNYA.

PANTOMIM BAHASA UNTUK SEMUA! 

PANTOMIM DIMANA-MANA! 

PANTOMIM BAHASA PERDAMAIAN! 

PANTOMIM ADALAH PEKERJAAN SIKAP DAN SENI TINDAKAN DALAM HIDUP. 

PANJANG UMUR PANTOMIM INDONESIA! 

PENULIS : WANGGI HOED • SENIMAN PANTOMIM INDONESIA. BERDOMISILI DI BANDUNG. 

, PENDIRI PUSAT STUDI MIME WANGGI HOED. 

BANDUNG, 16 MARET 2022.

Sabtu, 27 November 2021

sOWAra (Kampanye untuk Owa) melalui Seni


In Indonesia, there are 7 out of 20 ape species on the brink of extinction nowadays.

- Gibbonesia.com

Owa or gibbon hang on a tree branch, and they all shout out for their right with the same aspiration... OWA!

Despite their being protected by our country, gibbon still faces the menace of trade, hunting, and being kept as a pet until today.

The struggle of conservation to protect gibbon and other wildlife are still fraught with challenges and limitations. Considering the conservation endeavor and other things are still not enough, therefore let's all unite to voice the rights of Gibbons, hence they can live peacefully and sustainably in their habitat.

Let's echo Gibbon's voice to the whole world.


TERJEMAHAN

Di Indonesia, ada 7 dari 20 spesies kera yang saat ini berada di ambang kepunahan.

- Gibbonesia.com

Owa atau siamang menggantung di dahan, dan mereka semua berteriak untuk hak mereka dengan harapan yang sama... OWA!

Meskipun dilindungi oleh negara kita, owa masih menghadapi ancaman perdagangan, perburuan, dan dipelihara sebagai hewan peliharaan hingga saat ini.

Perjuangan konservasi untuk melindungi owa dan satwa liar lainnya masih penuh dengan tantangan dan keterbatasan. Mengingat upaya konservasi dan lain-lain masih belum cukup, oleh karena itu marilah kita semua bersatu padu menyuarakan hak-hak Owa agar dapat hidup damai dan lestari di habitatnya.

Mari kita gaungkan suara Gibbon ke seluruh dunia.

“Waktu hampir habis untuk melestarikan owa dan habitatnya. Kita perlu bertindak sekarang dan memastikan bahwa manusia dan siamang dapat hidup dalam harmoni,” - Alexander McWilliam • IUCN Asia (International Union for Conservation of Nature's) -

“Time is running out to conserve gibbons and their habitats. We need to act now and ensure that people and gibbons can live in harmony,” - Alexander McWilliam • IUCN Asia. 


TIM PRODUKSI ; SOWARA

Direct Of Photography & Editor : Faisal F Rahmani. 

Assistant Camere : Naufal Ismail. 

Drone : Ricky Adlin. 

Assistant Drone : Syaiful Imam. 

English Subtitle : Fiolita Berandhini. 

Music Composer : Dedy Kahanuang. 

Actor Mime : Wanggi Hoed.


sOWAra (harus terus bersuara di habitatnya) merupakan karya video kampanye suara solidaritas dalam rangkaian hari owa sedunia 2021. sOWAra diambil dari suara OWA menjadi sOWAra atau gesturisasi suara aktivitas hidup OWA (siamang/Gibbon), yang kini dalam status terancam punah / endangered species. 

Video ini dibuat untuk menajamkan kampanye yang selama ini teman-teman aktivis satwa suarakan guna perlindungan dan penyelamatan satwa liar termasuk OWA. Bersama lintas disiplin lainnya (pantomim, musik, video, aktivis satwa) kami memproduksi karya sOWAra dikondisi saat ini adalah sebagai jembatan suara dan kondisi OWA dan satwa liar yang kemungkinan masyarakat diluar aktivitas persatwaan tidak mengetahui, maka dari itu karya video sOWAra ini disebarluaskan melalui tayangan perdana melalui kanal YouTube pada tanggal 13 November 2021.

 Kita sadar bahwa upaya ini bukan sekedar kampanye melainkan belajar mengedukasi diri bersama terkait pelestarian dan kesadaran akan satwa liar dan habitatnya yang semakin terancam hingga kini, dan suara ini harus terus menggaung hingga masyarakat dapat bertindak sesuatu bila mereka menemukan atau mengetahui keberadaan satwa liar atau OWA dalam hal ini saat mereka mengalami intervensi dan kekerasan juga perdagangan dan perburuan serta dijadikan peliharaan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab atas spesies /satwa liar bumi ini.

Bandung, 10 November 2021

Wanggi Hoed dan Team Produksi sOWAra. 



Tonton melalui YouTube

Wacth link YouTube : https://youtu.be/hu2W1NqWvWc

Minggu, 14 November 2021

Kemenangan Bersama dalam Teman Baik Award 2021'

 


Bandung - Perayaan bisa dilakukan untuk memperingati berbagai momentum penting. Akan tetapi, kebaikan juga bisa dirayakan. Hal ini dilakukan Beritabaik.id yang merayakan kebaikan melalui 'Teman Baik Award 2021'.

Digelar di de Braga by Artotel, Kota Bandung, Rabu (10/11/2021), acara ini menampilkan keseruan dan suasana hangat. Keakraban pun terjalin di antara sesama tamu undangan meski menerapkan protokol kesehatan.

'Teman Baik Award 2021' sendiri merupakan ajang apresiasi bagi orang-orang yang melakukan beragam aksi baik dengan cara masing-masing. Kegiatan ini juga jadi ajang silaturahmi sekaligus merayakan kebaikan agar terus hadir dalam setiap langkah.

Kegiatan ini juga diharapkan dapat menularkan virus kebaikan pada orang banyak. Sehingga, bakal semakin banyak orang terpacu melakukan hal baik. Bukan untuk mengejar penghargaan, melainkan agar lebih bermanfaat bagi sesama hingga lingkungan.

Para Pemenang
Sesuai judul acara, kegiatan ini menghadirkan penghargaan bagi lima orang untuk kategori berbeda. Siapa saja mereka?

Kelima kategori itu adalah Lingkungan Hidup, Seni Budaya, Aksi Baik, Pahlawan Pandemi, dan Parabaik. Setiap kategori berisi lima nomine. Untuk penilaian, yang terlibat adalah dari internal Beritabaik.id dan juri tamu, masing-masing Heru Hikayat, Fei Febri, dan Guntur Afandi. Dalam acara ini juga hadir guru dari SLBN Cicendo Witri Erdiawati yang menjadi juru bahasa isyarat saat pembacaan nomine.

Pemenang masing-masing kategori adalah Ratnauli Gultom (Lingkungan Hidup), Seni Budaya (Wanggi Hoed), Aksi Baik (Tubagus Zainal Arifin), Solidaritas Sosial Bandung (Pahlawan Pandemi), dan Yuni Widiawati (Parabaik).

Sejatinya, di luar nama-nama di atas, semua nomine adalah pemenang. Mereka semua sudah berbuat baik dan menebar manfaat. Sehingga, 'Teman Baik Award 2021' adalah kemenangan bersama dan ajang merayakan kebaikan.

Kegiatan ini juga terselenggara berkat dukungan PT Migas Hulu Jabar, JNE, bank bjb, Botanina, dan Odaru.



Suasana Hangat
Dalam kegiatan ini, para tamu undangan tampak berbaur satu sama lain. Ada yang berbincang, saling bertukar nomor telepon, hingga saling memuji dan apresiasi.

Saat sesi pengumuman pemenang, beberapa wajah nomine terlihat tegang. Ada juga yang terlihat santai dan biasa saja. Saat pemenang diumumkan, tepuk tangan meriah terdengar untuk mengiringi langkah menuju panggung.

Setiap pemenang diberi kesempatan berbicara. Tak ada kesan besar kepala. Sebaliknya, para pemenang merasa ini adalah kemenangan bersama. Semangat dan ajakan terus menebar kebaikan pun disampaikan para nomine.

Usai sesi penghargaan, para tamu undangan dipersilakan menikmati hiburan dan makanan di lokasi. Mereka dihibur penampilan Rayhadi dan Proyeksantai serta Madame dan Toean.

Kegiatan ini juga sempat diselipkan perayaan sederhana ulang tahun ke-4 Beritabaik.id berupa pemotongan tumpeng. Pada usia keempat, Beritabaik.id berharap bisa terus tumbuh dan menebar semangat positif. Sesuai slogannya, di Beritabaik.id #SelaluAdaBeritaBaik.


Sumber Berita : https://beritabaik.id/read?editorialSlug=indonesia-baik&slug=1636611099449-kemenangan-bersama-dalam-teman-baik-award-2021




Senin, 17 Mei 2021

Kutipan Wanggi Hoed


 Sebuah kutipan Wanggi Hoed tentang seni pantomim. (Ilustrasi oleh Komuji Indonesia)


"Kalau kita bisa mendengar kesunyian dalam diri, kita bisa mengenal siapa diri kita. Bahwa keheningan adalah kekuatannya."

Wanggi Hoed - SenimanPantomim Indonesia