Rabu, 06 Maret 2013

Goodbye 2012 - Hello 2013 (Kolaborasi Pantomime feat Trumpet + Trombone + Saxophone dalam Ruang Publik)


Akhir Tahun Dengan Berkarya Bersama 2012 
(Kolaborasi Pantomime feat Trumpet + Trombone + Saxophone dalam Ruang Publik)
Menciptakan Ruang Seni di Ruang Publik - Karena Kami Senang Berbagi Bersama

Minggu 30 Desember 2012, saya menolak undangan 32 EO (event organizer)  di 3 kota di Indonesia dengan alasan, mereka membayar fee dengan sangat murah dan menjatuhkan nilai proses serta karya yang akan di tampilkan dalam kegiatan komersial yang mereka gelar. Akhirnya saya tidak sengaja mencoba  menghubungi teman dari Hornline [para pemain alat tiup/brass] seperti ; trumpet dan trombone via sms untuk mengisi kegiatan tahun baru dengan menciptakan ruang seni publik melalui kolaborasi antara saya [pantomime dari Mixi Imajimimetheatre Indonesia] dan mereka dengan alat tiupnya “Hornline” dari Pogodigank, awalnya mereka tidak membalas sms saya, lalu saya pikir mereka sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing untuk mempersiapkan tahun baru dengan keluarga atau dengan teman-temannya. Namun tiba-tiba pada sore hari, salah satu dari mereka membalas sms saya dan merespon dengan baik. Alhamdulilah akhirnya, kami merencanakan pertemuan pada hari Senin, 31 Desember 2012 pada jam 1 siang.

Esok harinya pada tanggal 31 Desember saya sudah mempersiapkan makeup dan kostum untuk pertunjukan street performance pada malam hari nanti. Kami bertemu pada jam 1 siang bertempat di taman kampus STSI Bandung, saya sedikit memberi penjabaran bahwa pertemuan ini adalah awal dimana kita bersama-sama akan menciptakan dan merespon ruang publik di jalanan kota bandung. Mereka [Hanif “Trumpet” dan Faisal “Trombone”] dua anak muda pemain alat tiup yang sangat antusias, karena mungkin mereka juga mendapat ilmu disiplin dari sebuah komunitas marching band sehingga mentalitas dan cara berpikir mereka sangat disiplin dan enjoi. Tanpa basa-basi mereka pun mengeluarkan alat tiup mereka dan memulai pemanasan dengan beberapa kali bunyi yang sedikit mengundang beberapa orang di sekitar kampus. Tanpa ragu ketika itu saya iseng mempublish info melalui via sms kepada rekan-rekan yang ada di phonebook saya, selagi mereka berdua melakukan pemanasan dengan alat tiup mereka.

Setelah melakukan pemanasan dan sembari santai menikmati kopi di siang menjelang sore itu, Faisal yang memainkan alat tiup trombone berkata kepada saya ; Apakah teman saya boleh ikut ka? Jawab saya ; Oo.silakan aja faisal? Dia nanti main apa ya?. Faisal ; Dia main saxophone. Saya ; Wah keren sekali, mantap tuh, ok..sangat boleh..heehee- Mendengar mereka ingin mengajak salah satu temannya pemain saxophone saya makin bertambah semangat, karena bunyi dari alat tiup semakin besar dan keren sepertinya. Dan sekitar jam 3 pemain saxophone datang dengan sepeda motor matic nya dia bersama kekasihnya. Ternyata pemain saxophone itu kenal dengan saya, namanya Anggi, dan dia salah satu mahasiswa musik Unpas Setiabudi dan nama kekasihnya Riska. Dia kenal saya karena beberapa teman-teman unpas menceritakan kegiatan saya berkesenian, atau ketika saya juga sering sharing/berdiskusi dengan beberapa orang disana, seperti Mang Dadan, Made, Peri [dari Jurusan Musik]. Ijal, Taufik, Mang EdiKei dan juga Kang Budi Dalton yang selain sebagai El Presidente Bikers Brotherhood juga Kepala Jurusan Musik di Unpas Setiabudi.

Cuaca sore itu mendung, awan hitam sudah menyelimuti langit yang tadinya biru. Kopi kami pun sedikit-dikit mulai habis dan segeralah kami mencari tempat teduh karena sepertinya gerimis sudah mulai mencucurkan airnya pada tanah. Kami bersantai di sebuah lorong kampus dekat loby Gedung Sunan Ambu STSI Bandung….Untung saja kami sudah berpindah tempat duduk, karena ketika kami pindah hujan turun dengan deras dan statis iramanya. Di lorong kami bercerita tentang sebuah proses dalam dunia musik dan seni pantomime, keduanya menarik untuk di bicarakan pada sore yang berirama rintik hujan dan warna langit yang perlahan-lahan menjadi gelap, hingga tak terasa menjelang magrib tiba.

Lalu saya bergegas, mengambil koper tua di kosan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus di karenakan waktu semakin berpacu cepat. Saya meminjami motor teman kosan saya, dan di saat gerimis saya mengendarai sepeda motor untuk mengambil koper tua yang berada di kosan. Setelah kembalinya saya mengambil koper tua. Lalu saya bertemu lagi dengan teman-teman Pogodigank yang sedang bersantai dengan alat tiup mereka. Selagi mereka memainkan alat tiup mereka, saya pergi sejenak ke warnet samping kampus untuk ngeprint tulisan untuk performance malam nanti. Sembari operator warnet memprintkan tulisan. Saya membuka internet untuk mencoba mempublish / broadcast Sekembalinya saya ngeprint teman-teman Pogodigank sedang membeli kopi dan gehu pedas untuk di nikmati bersama-sama.

Saat itu juga kami sejenak menikmati gehu pedas dan segelas kopi panas nan hangat di lorong yang gelap. Sehabis menikmati gehu dan kopi hitam sekitar jam 6 lebih 35 menit kamipun berangkat menuju tempat dimana kami akan melakukan performance, karena saat itu waktu yang tepat untuk berangkat karena hujan cukup reda. Saya pergi dengan menggunakan angkot Buah Batu-Kelapa yang warna biru dan teman-teman dari Pogodigank dengan sepeda motornya, karena ketika saya mencari sepeda motor, saya tidak dapat karena semua orang tidak ada dan mereka memakainya semua, ya jadilah angkot yang saya gunakan untuk transportasi ke tempat performance yang tepatnya di pelataran gedung merdeka, jalan asia-afrika.

Segeralah saya pergi ketika teman-teman Pogodigank pergi dengan kendaraannya, sebelumnya saya sempat menuju tempat fotocopy, namun fotocopy tutup dan saya melanjutkan untuk pergi ke TKP tanpa memfotocopy tulisan yang saya print, karena waktu yang cukup mendesak. Pergilah saya dengan angkot menuju tempat performance. Sepanjang perjalanan menuju TKP di dalam angkot, saya sudah mulai khawatir dengan kondisi dan situasi tempat yang akan di jadikan performance nanti. Karena ketika saya di dalam angkot, hujan kembali membasahi jalanan kota bandung.

Setiba saya di perberhentian angkot, tepatnya di perempatan lengkong, hujan menjadi gerimis rintik, namun ketika beberapa melangkahkan kaki menuju TKP, hujan menjadi deras jatuh ke jalanan yang padat dan ramai. Terus saja saya melangkah walaupun badan dan pakaian basah hingga akhirnya sesampainya di TKP, teman-teman Pogodigank sedang duduk dan gelisah karena hujan semakin deras dan ruang untuk kita performance dalam keadaan yang tidak baik, pelataran yang banjir dan suasana tidak memungkinkan untuk melakukan performance disitu.


                      Suasana Sebelum Street Performance, di Jalan Braga, Senin, 31 Desember 2012
                                                                       Foto oleh  : Anggi Maulana

                                       
 Suasana Setelah Street Performance Kolaborasi, di Jalan Braga, Senin, 31 Desember 2012  
                                                                       Foto oleh  : Anggi Maulana

Akhirnya saya merencanakan tempat kedua yaitu di sekitaran jalan braga, dan teman-teman Pogodigank pun menyepakati. Kami berjalan menuju jalan braga dalam cuaca hujan kami terobos derasnya hujan yang mengguyur malam itu. Sampailah kami di depan sebrang Gedung Gas. Dalam perjalanan sepanjang menuju jalan braga kami dapati beberapa tempat yang sedang mempersiapkan perayaan tahun baru dengan caranya masing-masing, kamipun semapt mencari ruang untuk kami performance, namun di sepanjang trotoar di penuhi oleh para pedagang trumpet yang sedang asyik menjajakan dagangannya kepada public yang sedang berjalan ataupun yang sedang menggendarai motor dan mobil di sepanjang jalan braga dan bunyi trumpet dari segala penjuru bersahut-sahutan tanpa henti, hujan masih mengguyur dengan deras.

Saya dan teman-teman Pogodigank segera mempersiapkan dan menciptakan ruang seni untuk berbagi dengan apa yang telah menjadi misi kami sebelum berangkat. Saya pun membaca sekitar dengan kemungkinan-kemungkinannya, hujan terus mengguyur dan saya terus melakukan eksplorasi bersama teman-teman Pogodigank, saya memulai mengganti kostum dan merias wajah saya dengan warna putih, sedikit merah di bibir dan membuat alis buatan dengan warna hitam di trotoar yang sedikit lenggang kala itu, namun masih ada orang yang lalu lalang melintas di depan area kami hendak bermain. Banyak dari beberapa orang yang lalu lalang itu berhenti sejenak untuk memandang atau menenggok apa yang sedang kami lakukan malam itu.

Bunyi Trombone yang di tiup Faisal dan Trumpet yang di tiup Hanif juga Saxophone yang di tiup Anggi membuat suasana baru dengan bunyi trumpet tahun baru yang bersahutan tadi. Setelah selesai saya makeup dan berkostum lalu saya menuju tempat yang agak jauh dari tempat performance untuk menarik mata dan telinga kepada publik yang berlalu lalang di sekitaran jalan braga dengan payung mereka. Ketika performance di mulai saya agak sedikit ragu namun hati saya terus berteriak “Show Must Go On”, dari saya terus melakukan performance walaupun hujan deras membasahi tubuh dan kostum saya. Kemacetan di jalan braga pun terjadi karena beberapa kendaraan road dua (motor) ataupun roda empat (mobil) bahkan beberapa sepeda yang hendak menuju acara Car Free Night berhenti sejenak untuk mengabadikan beberapa moment di saat saya melakukan performance. Itu adalah sebuah peristiwa yang sangat luar biasa bagi saya ketika hujan membasahi tubuh saya dan saya terus melakukan gerak tanpa kata-kata dan teman-teman Hornline Pogodigank (Hanif, Faisal, Anggi) terus membuat suatu irama bunyi dari alat tiup mereka dengan indah dan bernada sehingga menjadikan suasana yang hujan itu menjadi hangat dan bersahabat.

Beberapa kali ada masyarakat yang mengambil beberapa adegan ketika kami performance dengan media rekamnya, seperti ; kamera hp, poket dan DSLR, beberapa orang berhenti di sisi jalan yang teduh untuk mengapresiasi kami dan berfoto ada juga yang melempar kami uang, namun kami berikan lagi kepada anak-anak jalanan yang sedang menyaksikan kami dan hujan terus mengguyur jalanan braga saat itu. Perisitiwa yang tidak terpikirkan sebelumnya bahwa hujan akan terus mengguyur jalanan kota bandung, dan selama 2 jam kami melakukan performance di sebrang depan gedung gas, yang bagi kami adalah sebuah pola latihan bersama antara saya (berpantomime) dan teman-teman Hornline Pogodigank dengan Alat tiupnya (Trumpet, Trombone dan Saxophone) yang merupakan sebuah proses perjalanan dan cara juga ciri khas dari Nyusur History Indonesia selama ini.
Karena tanpa kami sadari ada warna baru ketika malam itu kami berada disana (Jalan Braga) yaitu sebuah seni pertunjukan yang di kemas dengan cara dan ciri kami untuk berbagi kebahagiaan dan senyuman indah menjelang pergantian tahun dan itulah cara kami merayakan pergantian tahun 2012 menuju tahun 2013, senyum serta tawa ceria dari masyarakat yang melintas dengan motor, mobil, sepeda ataupun yang sedang naik becak di sepanjang jalan braga ketika menonton / mengapresiasi kami dan mereka tersenyum di dalam mobilnya atau tertawa dan senyum di atas motor dan di jok becak adalah sebuah perhargaan serta penghormatan kepada insan seni yang terus berbagi dan saling membagi ruangnya sebagai media hiburan ataupun pengetahuan. Karena kami yakin bahwa seni adalah media therapy untuk masyarakat, sebagai pengingat dan media yang jarang di temui di ruang-ruang yang dimana semua manusia mempunyai begitu banyak aktivitas sehingga mereka tidak mendapat ruang hiburan untuk melenturkan urat-urat atau otot-otot mereka yang kaku setelah seharian bekerja atau beraktivitas untuk menghidupi dan kehidupan selanjutnya.

Bagi kami adalah sebuah kebahagiaan bisa berbagi di ruang yang begitu kronis dan kami bisa memberikan obat penawar rasa gundah gulana, galau, risau dan entah akan ada bahasa apalagi pada masa nanti atau tahun 2013 kelak dan itulah yang bisa kami bagi dan beri dengan para manusia urban saat ini, sebuah seni publik yang dinamis, berkonsep, improvisasi, ceria dan elegan serta bersahaja pada masyarakat lainnya. Karena dari situlah kami memiliki tingkat kepuasan juga kebahagiaan yang kami rasakan dalam hati dan raga kami untuk bisa terus menciptakan karya seni pada ruang dan waktu yang berbeda dengan perubahan zaman.

Semoga di tahun 2013 nanti akan menjadi sebuah motivasi dalam memacu kreativitas yang lebih dahsyat dan inspiratif untuk terus menciptakan karya seni dalam ruang-ruang lain dalam keadaan sehat jasmani dan rohani juga jiwa raga serta senyum cerianya. Karena dari situlah rasa bahagia itu hadir, berbagi bersama dan bertemu muka dalam suasana yang indah dan menyenangkan juga seru dan bisa di ceritakan sebagai bekal perjalanan dalam kenangan kelak jika kita sudah tua nanti. Semoga!

Dan Selamat Tahun Baru 2013 – Semoga Bahagia selalu menyertai kita semua dan yang di cita-citakan juga yang di impikan bisa terwujud di tahun 2013 ini. Amin :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar