Selasa, 06 Desember 2011

Save Our Heritage Lewat Pantomime


Save Our Heritage Lewat Pantomime
oleh Nissa Rengganis pada 17 November 2011
Nissa Rengganis

Nyasar Nyusur History Indonesia-bukan cuma mimpi!

Hidup berawal dari mimpi! Barangkali itu kalimat yang sudah usang di telinga kita. Tapi terkadang kata-kata itu sangat ampuh untuk terus menjaga harapan dan mengejar mimpi yang kita miliki. Cuma obrolan basi dan secuil mimpi di sore hari-mengawali  terbentuknya Komunitas Pantomim - digawangi oleh dua mahasiswa STSI Bandung Wanggi Boediardjo (Pantomime) dan Irwan Nu’man (musik-terompet) yang memiliki obsesi menelusuri Indonesia. Bosan di kampus dan malu kalau berani kandang terus. Itulah yang mendorong mereka "nekat" jalan-jalan keliling kota-yang rencana seluruh Indonesia. dan, bukan kota-kota imajiner.

Nyasar Nyusur History Indonesia-begitulah nama perjalanan mereka.  Perjalanan mereka bukan sekedar untuk mencecap gemerlap kota. lebih dari itu. Mereka menyusuri kota-kota dengan membawa pertunjukan pantomime dengan memilih bangunan-bangunan tua menjadi latarnya. Pangung jalanan- itu yang saya tangkap dari konsep perjalanan mereka. Aksi mereka di halaman Balai Kota Cirebon dan Alun-Alun Kejaksan pada 30 Oktober kemarin sama sekali diluar yang saya bayangkan. Sebuah pertunjukan dimana tidak ada panggung megah, tidak ada riuh tepuk tangan penonton-tidak dengan baliho-baliho sponsor perjalanan-atau tiket masuk ke dalam gedung pertunjukan. Jalanan di tiap sudut kota disulap menjadi panggung yang sederhana dengan penampilan pantomime komedi hitam yang ceria ala J-Mack. Simboliasasi sepatu dipilih oleh Wanggi untuk menunjukkan betapa persoalan itu masih banyak dan menyesakkan. Aksi pantomime menjadi lebih hidup dengan suara terompet yang menjadi magnet tersendiri. Nyanyian terompet yang dibawakan Irwan Nu’man bukan sekedar menajdi musik pendamping, melainkan sebagai pengisi dari kekosongan-kekosongan mimik dan gerak pantomime.

Heritage: Bukan Basa-basi
Pantomime dipilih oleh dua mahasiswa STSI ini sebagai media untuk mengkampanyekan heritage. Hal ini bermula dari kegelisahan mereka yang menyaksikan banyaknya bangunan-banguann bersejarah di kota Bandung berganti wajah menjadi bangunan modern seperti factory outlet, café n resto, hotel dan lainnya. Layaknya anak muda yang selalu bergairah-ini pun membuat mereka ingin ambil bagian dalam pelestarian heritage. Sejauh ini, gerakan-gerakan pelestarian hertige di Bandung pun hanya sebatas pada kegiatan formal seperti masuknya dalam tour wisata heritage atau workshop terkait sejarah kebudayaan Indonesia. Namun, kehadiran kelompok-kelompok muda yang ikut dalam kampanye heritage memberi warna segar dengan mengemas beberapa event yang lebih dekat dengan segmen anak muda semisal lomba foto banguann tua, karnaval film, music, karnaval sepeda ontel dan salah satunya pertunjukan pantomime.

Spirit ‘street on the street”  yang dibawa oleh kelompok Pantomime asal Bandung- sudah tampil di lima kota dan seluruhnya memusatkan pada beberapa bangunan tua sebagai bentuk kampanye mereka atas pelestraian bangunan tua. Di Jakarta penampilan mereka di pusatkan pada pelataran kota tua Fatahillah.  Aksi mereka di Bandung berlokasi pada tiga tempat yaitu Gedung Merdeka, Gedung Sate dan Rumah Bata Merah. Sama halnya dengan di Yogyakarta, tanggerang dan Cirebon yang memilih lokasi di pelataran bangunan tua seperti kantor pos besar (Yogya), alun-alun Cirebon dan kali cisadane di Tanggerang. Beberapa lokasi yang dipilih tersebut merupakan salah satu cara mereka untuk ikut ambil bagian dalam pelestarian bangunan-banguan tua di berbagai kota.

Bukan saja upaya pelestarian bangunan tua lewat kampanye heritage-nya, namun kelompok ini juga berusaha melestarikan tradisi pantomime-dimana pantomime sendiri masih kurang popular di Indonesia. Dengan konsep street on the street mereka berharap kehadiran pantomime bisa membuka ruang apresiasi langsung pada penikmatnya. Karena, sejauh ini pantomime hanya hadir dari panggung ke panggung dan gedung ke gedung. Hal ini yang menyebabkan pertunjukan pantomime menjadi ruang yang sunyi.  Gagasan Nyasar Nyusur History Indonesia-membuka ruang-ruang baru bagi penikmat pantomime dan memberi kemungkinan apresiasi yang intents antara pegiat dan penikmat.
Pantomime, terompet, juru foto dan misi heritagenya – bagi saya menjadi hidup karena spirit berproses yang dibawa dari dua lelaki-belum rampung kuliahnya ini. Spirit berkesenian mereka ditunjukkan dari keberaniannya menunda tugas-tugas kuliah, jalan-jalan dengan uang ngepas, dan keberanian menyoal isu-isu global hari ini adalah titik pencapaian atas proses mereka.

Masih banyak yang perlu di pertanggungjawabkan dari perjalanan mereka. semisal seberapa signifikan isu heritage yang mereka bawa-kalau sekedar tampil dengan latar bangunan-banguan tua. alih-alih mereka terjebak dan 'latah' dengan isu global hari ini-salah satunya heritage yang mereka kampanyekan. Tapi, terlepas dari itu- saya kira perjalanan mereka memungkinkan membuka ruang-ruang apresiasi,  silaturahmi, berbagi dan mengamati perkembangan komunitas di tiap kota. Itulah barangkali bentuk investasi mereka- yang jauh lebih mahal dan berharga ketimbang bantuan dana dari para donator atau penjualan tiket pertunjukkan. Sampai tulisan ini selesai, saya salut atas keberanian dan rasa keras kepala mereka untuk tetap berkarya dengan kondisi (keungan) seadanya tapi tidak menjadi apa adanya. Mungkin sprit macam ini yang perlu di adopsi oleh beberapa komunitas di Cirebon. Bravo!


Buat dua sahabat saya: Irwan Nu’man dan Wanggi Boediardjo
Pantomime:Nyasar Nyusur History Indonesia edisi Cirebon 30 Oktober 2011- Halaman Balaikota dan Alun-Alun Kejaksan

*Photograper:
 - Ilman Saputra
 - Muhammad Iqbal


Nyasar Nyusur History Kota Bareng Pantomim



Nyasar Nyusur History Kota Bareng Pantomim
Satugeners · Gan Ridwan · Selasa, 1 November 2011
Bandung (Satugen); Nyasar Nyusur History yang biasa dilakukan Wanggi Hoediyatno Boediardjo di bilangan jalan Bragaweg akan terus dikenang boleh jadi dirindukan oleh masyarakat Bandung. Tapi, ya karena ingin ada sesuatu baru. Wanggi sang empu Pantomim sesuai dengan irama gerakan Pantomim meloncat dari satu kota ke kota lain.  

Kali ini Wanggi Hoediyatno Boediardjo punya oleh-oleh buat Satugeners  semua. Hari minggu lalu kelana Nyasar Nyusur History  Kota dilakukan sang empunya Pantomim di kota Wali Cirebon. Tempat kelahiran sang empu Pantomim ini menarik hati oleh karena kerinduan akan kota serta masyarakatnya yang khas bikin Wanggi kerasan. Apa boleh buat! Tempat kelahiran membuat seseorang merindukan sejati dirinya.

“Cirebon dikenal dengan nama Kota Udang dan Kota Wali,” Ujar Wanggi “Cirebon biasa disebut Caruban Nagari yang punya arti penanda gunung ceremai dan Grage yang punya kesan mendalam yang bermakna sebuah negri yang luas,” Lanjutnya.

Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, bahasa Sunda dan Jawa. Sang Empu Pantomim nyusur Hall Balaikota dan Alun-Alun Kejaksaan Cirebon dengan gerakan indah melakukan cerita tanpa kata. Ekspresi tiada henti dengan iringan saxophone perform di dua tempat dengan malam yang terang khas Cirebon.

Hmm namanya juga Wanggi sang empu Pantomim harus ada sesuatu yang dibagikan dalam oleh-olehnya. Wanggi ingin mengatakan “Cirebon itu asal katanya dari Caruban, dalam bahasa Jawa; punya arti Campuran. Betapa tidak! Cirebon masyarakatnya sangat pluralis Sunda, Jawa, Tionghoa, danb kombinasi campuran Arab,” Cerita Wanggi.

“Bisa juga sering masyarakat Cirebon mengenal Cirebon Ci yang berarti Cai dan Rebon berarti Udang oleh karena Udang merupakan sumber penghasilan utama bagi masyarakatnya,” Ungkap Wanggi.

Inilah perjalanan tiada henti dari sang empu Pantomim dengan melakukan nyasar Nyusur di kota-kota bersejarah. Wanggi akan terus dikenang dan dirindukan oleh masyarakat setempat oleh karena dia membuat sisi lain kota menjadi menarik dan indah. Moga saja ini menjadi pembelajaran bagi semua masyarakat. Betapa kota adalah ruang publik yang harus kita lestari dan dijaga keindahannya.  



Jumat, 11 November 2011

Belajar Pantomim Langsung Dengan Empunya



Belajar Pantomim Langsung Dengan Empunya  

Satugeners · Gan Ridwan · Jumat, 7 Oktober 2011

Bandung (Satugen),- Hmm jadi pantomime dan performance di Bragaweg tiap pekannya merupakan sekian kegiatan Wanggi Hoediyatno Boediardjo mahasiswa STSI jurusan Teater ini telah membaktikan dirinya di jalur seni. Contohnya saja jadi pantomim. Hmm dengan wajah yang dipulas serta gerakan yang lemah gemulai memeragakan segala persoalan yang ada. Pantomim bisa membuat kita lebih peka akan segala persoaloan yang telah ada.
 Ada-ada saja Wanggi dengan pantomime nya selalu menyaji banyak kelucuan di setiap performnya. Betapa tidak! Ia piawai menggerakan, memalingkan dan mengolah kelucuan dengan gerakan tangan yang selalu mencolek setiap orang yang ditemuinya. Wanggi mengaku betapa pantomim adalah seni yang sangat sederhana juga membuat tersenyum orang, Contohnya, “Riana siswi dari SMA Bina Dharma Bandung pernah kena colekan dan kelucuan dari Wanggi saat pesta HUT Konferensi Asia Afrika tahun ini, Wanggi mengajak lalu mengajar Riana bagaimana belajar menjadi pantomim langsung perform saat itu juga ditengah riuhnya pengungjung acara tersebut,” Ungkap Wanggi.
Selain aktif menjadi pantomim Wanggi bersama kawannya mendirikan Mixi Imaji Mime Theatre yang didirikan November 2007 di Jalan Rajamantri Tengah No. 05 Bandung . 
“Komunitas Mixi Imaji Mime Theatre adalah ruang belajar komunal, Satugeners bisa belajar menjadi pantomim sebagai seni pertunjukan. Tak hanya itu teater, tari, Rupa, Musik, Sastera dan Media Rekam menjadi bahan ajar bagi Satuguners semua untuk mengaplikasikan rasa seni dengan pengajar yang handal dibidangnya,” Ujar Wanggi dengan mimik khas nya ala pantomim pada Satugen.
 So, Satugeners semua bagaimana dengan rasa seni kalian. Hmm patut dicoba neh menjadi pantomim belajar langsung dari empunya bersama Wanggi Hoediyatno Boediardjo.  
Satugen © 2011

Sumber :
http://www.satugen.com/about.php?p=home&nid=2154

Kampanye Selamatkan Heritage lewat Pantomim


“Kampanye Selamatkan Heritage lewat Pantomim”
Thursday, 08 September 2011
Harian Seputar Indonesia l SINDO

Muda,kreatif,dan multitalenta,itulah yang menggambarkan sosok Wanggi Hoediyanto Boediarjo. Kiprahnya di seni teater dimulai sejak masih mengenyam pendidikan di SMA Muhamadiyah Cirebon.

“Awalnya saya memang sering main-mainin tubuh yang sering kali dilakukan ketika jam pelajaran sekolah lagi senggang,”ujarnya kepada SINDO. Dari kegemaran itulah sang kepala sekolah kerap mengamati gerak-gerik Wanggi,dan berinisiatif untuk membuat ekstrakurikuler (ekskul) teater.Wanggi pun diminta sekolah untuk menghidupkan seni teater. “Kepala sekolah saya ternyata dulunya adalah seorang penulis naskah, sehingga dia tertarik dan meminta saya memajukan seni teater di sekolah,” kenang Wanggi. Perjalanan pria 23 tahun ini untuk menekuni bidang seni teater semakin kuat setelah dia memutuskan untuk berkuliah di Jurusan Teater Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.

Wanggi aktif bergabung ke berbagai organisasi. Seperti Teater Cassanova, Paguyuban Sapedah Baheula Bandoeng,Komunis Kampus STSI,dan Mixi Imajimimetheatre Indonesia.“Di sini (STSI),saya semakin menyukai pantomim.Seni ini memang merupakan bagian dari teater,”kata pria kelahiran Cirebon,24 Mei 1988,ini. Melalui pantomim, Wanggi memiliki tekad untuk mengampanyekan penyelamatan dan pelestarian heritage, serta warisan budaya Indonesia maupun dunia.Uniknya, dia memiliki cara berbeda,yakni berkampanye menjelajahi Indonesia dengan cara backpacker.

“Ide ini muncul dengan nama nyusur history. Titiknya saya ambil ke kotakota besar Indonesia,mulai dari Bandung,Jakarta, Tangerang,Yogyakarta,dan kota-kota lain yang sudah saya rencanakan,”papar Wanggi. Perjalanan luar kota pertama yang dilakukan Wanggi bersama sahabatnya, Irwan Nu’man,adalah Kota Tangerang.Dengan tas besar di punggungnya dan semangat mengampanyekan heritage,dia menempuh kota tersebut untuk unjuk gigi di Festival Cisadane.“Sekali pertunjukan membuat saya tidak puas,hingga akhirnya saya putuskan untuk bertolak ke Jakarta.Tapi kawan saya, Irwan,memilih untuk pulang ke Bandung,”ungkapnya.

Dengan dana seadanya, Wanggi menempuh Jakarta melalui kereta api.Kota Tua yang dipilihnya.Namun sayang,Wanggi sempat diusir petugas keamanan karena dianggap membuat keributan.Perjalanannya pun berlanjut menuju Taman Ismail Marzuki dengan harapan bertemu dengan seniman-seniman Indonesia. Di sana,pria pehobi bersepeda ini memiliki kesempatan untuk tampil di acara “Bulan Soekarno”yang kebetulan sedang berlangsung. Tanpa persiapan dan hanya berupa keinginan spontan, Wanggi mempersembahkan repetoar berjudul Hadiah Buat Sang Fajar di depan keluarga Soekarno,Ketua MPR RI Taufik Kemas,dan para pejabat lain.

“Untuk pertunjukan ini,saya hanya meminta izin kepada keluarga Soekarno.Alhamdulillah, berkat mereka saya bisa persembahkan hadiah ini,” tambah Wanggi.Lewat pengalaman tersebut,Wanggi menyadari jika hal ini merupakan cambuk baginya untuk tetap berkarya,dan membuka mata Indonesia jika pantomim bisa diterima di _mana saja.

NENI NURAENI
Kota Bandung

Sumber :
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/426013/








Kamis, 06 Oktober 2011

Sejarah Mixi Imaji Mime Theatre





Mixi Imaji Mime Theatre adalah ruang belajar komunal yang bergerak dan beraktivitas dalam ilmu disiplin di dunia seni pertunjukan yaitu seni pantomim.kami juga mengapresiasi dengan beberapa pendekatan melalui ilmu seni di luar pantomim itu sendiri seperti : [teater, tari, rupa, musik, sastera, media rekam].


Mixi Imaji Mime Theatre terbentuk pada tanggal 11 November 2007, sebelum bernama Mixi I...maji Mime Theatre adalah Imaji Mime Theatre didirikan oleh : Rakhmat Koesnadi, Mumu Zainal Mutaqin, Wanggi Hoediyatno dan beberapa seniman pantomim lainnya. dalam perjalanannya mengalami pasang surut dalam proses kreatifitas itu di karenakan, Rakhmat yang sudah bekerja di sebuah penerbitan terkemuka di Indonesia, dan Mumu yang masih beraktivitas dalam seni pantomimnya dengan Kelompok Tatanggaranda, kemudian dari situ atas dasar sebuah Inisiatif dari Wanggi, dia kemudian yang menggerakan kembali Imaji Mime Theatre yang kemudian menjadi Mixi Imaji MimeTheatre, mengapa adanya perubahan nama? itu bukan sebuah perubahan, namun hanya ingin menjadikan sebuah penyegaran dalam seni pantomim yang di geluti oleh Imaji Mime Theatre, Mixi sendiri adalah salah satu tokoh pantomim, ketika Wanggi bermain di atas panggung / nama panggung. Mixi adalah tokoh perwakilan dari manusia di dunia yang di ceritakan melalui seni pantomim dengan karakter Mixi yang di mainkan oleh Wanggi, jadi bukan sebuah perubahan, hanya sebuah Identitas dari salah satu seniman pantomime dari Imaji Mime Theatre untuk merangsang seniman pantomim agar terus berkarya di dunia seni pantomim di Indonesia dan dunia.

Mixi Imaji Mime Theater merupakan sebuah bentuk seni pertunjukan yang akan terus mencari kemungkinan - kemungkinan yang ada dan yang bisa di olah dengan cara terus berproses kreatif dalam sebuah penciptaan karya seni itu sendiri. Kami juga terus mengembangkan potensi dari tiap-tiap individu anggotanya untuk berkreatifitas, berkreasi dan berkarya secara personal atau berkelompok serta berkolaborasi dan bereksperimen dengan berbagai seniman lain di luar dari seni pantomim itu sendiri. dengan proses ini akan tercipta individu-individu yang siap dengan kekaryaannya dan bertanggung jawab. kami selalu melakukan sebuah eksplorasi dengan berbagai disiplin ilmu seni ataupun di luar ilmu seni. dan terus meregenerasikan seni pantomim kepada regenerasi selanjutnya.

Imaji Mime Theatre :

- Wanggi Hoediyatno : Mime Artist
- Irwan Nu'man : Musician Artist
- Alwin Prayoga : Manajer

Alamat :
Jln.Rajamantri Tengah No.5 Bandung.40265.
Bandung - Jawa Barat - Indoensia

Email : mixi.imajimime@gmail.com
Blog : http://mixiimajimimetheatre.blogspot.com/
Telp : 08812060962 / 085721413519

Senin, 26 September 2011

WORLD MIME DAY 2011 "A Tribute to Marcel Marceau from Bandung" Indonesia.


Ide di selenggarakannya "A Tribute to Marcel Marceau from Bandung"   ini oleh Wanggi Hoediyatno dari Mixi Imajimimetheatre Indonesia, dasar dari acara ini adalah sebagai upaya menjaga, melestarikan dan memberi ruang silaturahmi pada seniman, pecinta pantomime di Indonesia dan dunia, sekaligus mengenang salah satu Maestro Pantomime asal Perancis ini.

Hari Mime Dunia / World Mime Day yang jatuh setiap pada tanggal 22 September di adakan serentak di seluruh dunia khususnya Eropa. dan di karenakan waktu yang terbatas dan terus berjalan,
Maka Pada Hari : Sabtu, Tanggal 1 Oktober 2011, Jam 7 Malam,
di Bandung - Indonesia akan Merayakannya, bertempat di Taman Cikapayang "Juanda', Dago.Bandung-Jawa Barat. Dengan Tema : 
"1 JAM dalam SUNYI dan CERIA untuk BUMI dan KITA"

AKAN ADA :
"Walking Slow Action Mime"
Oleh : Wanggi Hoediyatno Boediardjo
[Start] dari Buah Batu Menuju Finish di Taman Cikapayang [Finish] !

  
Marcel Mangel [Perancis, 22 Maret 1923 – 22 September 2007] atau dikenal dengan nama panggung Marcel Marceau atau Mime Marceau, adalah satu dari sedikit seniman pantomim dunia yang paling terkenal. [sumber:wikipedia]

Siapapun Boleh Hadir dan Berpartisipasi !
[Balita, Anak2, Remaja, Dewasa sampai yang Tua]
dengan berkostum ala Pantomime.
Contact Person :
Wanggi Hoediyatno Boediardjo [08812060962]
Irwan Nu'man [02292504760]

ACARA INI GRATIS DAN UNTUK UMUM !

Liputan World Mime Day 2011 :
* http://www.antarafoto.com/seni-budaya/v1317538801/hari-pantomime
* http://www.antarafoto.com/spektrum/v1317538812/hari-pantomime
* http://johnheryanto.blogspot.com/2011/10/damai-tanpa-kata-world-mime-day-tribute.html#!/2011/10/damai-tanpa-kata-world-mime-day-tribute.html
* http://kfk.kompas.com/kfk/view/108123-Pantomime-itu-Asyik
* http://kfk.kompas.com/kfk/view/108121


Terima Kasih.