Sebuah kutipan Wanggi Hoed tentang seni pantomim. (Ilustrasi oleh Komuji Indonesia)
"Kalau kita bisa mendengar kesunyian dalam diri, kita bisa mengenal siapa diri kita. Bahwa keheningan adalah kekuatannya."
Wanggi Hoed - SenimanPantomim Indonesia
Pantomim adalah Pekerjaan Sikap! Wanggi Hoed - Seniman Pantomim
"Kalau kita bisa mendengar kesunyian dalam diri, kita bisa mengenal siapa diri kita. Bahwa keheningan adalah kekuatannya."
Wanggi Hoed - SenimanPantomim Indonesia
MEDIA RILIS
10 TAHUN HARI PANTOMIM SEDUNIA
BANDUNG, INDONESIA WORLD MIME DAY 2021
SENIN, 22 MARET 2021. PUKUL : 19.30 WIB S/D SELESAI
POST ISOLATION- BREATH OF FREEDOM
DISIARKAN LANGSUNG MELALUI YOUTUBE : TIGANOLSATU STUDIO
Memperingati World Mime Day (Hari Pantomime Sedunia) adalah gerakan inisiatif di seluruh dunia dari World Mime Organisation untuk merayakan seni Mime dan komunikasi non-verbal pada tanggal 22 Maret yang juga merupakan Hari kelahiran seniman legendaris dan Maestro Mime dari Perancis ialah Marcel Marceau (22 Maret 1923). Kegiatan ini telah dirayakan sejak tahun 2011 diberbagai tempat di tiap negara di seluruh dunia dengan cara masing-masing para seniman, pecinta dan apresiator seni pertunjukan pantomim.
10 tahun Hari Pantomim Sedunia di Bandung, Indonesia telah digelar sejak tahun 2011, atas inisiatif seniman pantomim Indonesia Wanggi Hoed bersama Mixi Imajimimetheatre Indonesia. Berbagai ruang telah menjadi rekam jejak ingatan tersendiri bagi apresiator dan masyarakat seni pertunjukan yang menyaksikan peristiwa kebudayaan para seniman mime, dengan tema yang berbeda-beda di setiap tahunnya. Tahun 2021 ini dengan pertunjukan Pantomim yang terinspirasi dari pepatah : NATAS, NITIS, NETES (dari Tuhan Manusia Ada, bersama Tuhan Manusia Hidup, dan bersatu dengan Tuhan Manusia akan Kembali), karya ini merupakan ruang bercerita melalui bahasa seni untuk kita mengingat kembali posisi kita sebagai manusia yang berasal dari Sang Pencipta. Kondisi pandemi ini menjadi ruang berbagi karya serta energi kita bersama untuk peka juga sadar dan terus bergerak dengan situasi juga kondisi sebelum bahkan sesudah (post-isolation) bahwa kita ada, hidup serta kelak akan kembali pada Sang Pencipta, maka salahsatunya merawat nilai-nilai yang seharusnya kita jalani dalam kehidupan ini; baik kebebasan bernafas, daya kreativitas serta daya hidup agar semua makhluk bahagia dan damai juga dapat mengekspresikan hidupnya.
Diselenggarakannya perayaan serentak ini diberbagai titik tiap negara di dunia, merupakan pesan dari seni sunyi, bahwa seni pantomim merupakan seni pertunjukan dunia serta dapat menjadi pengerak keberlanjutan pemikiran serta jembatan ingatan untuk memanusikan manusia melalui bahasa tubuh dan pernyataan imajinasinya dalam kehidupan.
Perayaan World Mime Day/Hari Pantomime Dunia tahun ini di Indonesia akan berpusat di Bandung, bertempat di Gedung Perpustakaan Ajip Rosidi. Akan ada beberapa kegiatan seperti; Pertunjukan Pantomime oleh Wanggi Hoed, Acapella: Mirna Nurmala, Tari; Emmy, Dongeng oleh Ratimayya, Video Testimoni Warga dan seniman pantomim dari partisipan World Mime Day di tempat lainnya. World Mime Day 2021 kali ini berbeda, selain memperingati 10 tahun World Mime Day di Indonesia, juga akan disiarkan langsung melalui kanal Youtube.
Pantomim Untuk Semua,
Pantomim Bahasa Perdamaian,
Panjang Umur Pantomim Indonesia!
Salam Imajinasi - Wanggi Hoed, Seniman Pantomim Indonesia
Melalui beragam media, Wanggi terus mengenalkan pantomim sebagai seni yang bukan sekadar tontonan.
04 Maret 2021 , 05:29
Semakin Banyak Orang Tahu
Di tengah keterbatasan dukungan pemerintah, Wanggi bisa sedikit bernapas lega. Meski terhantam pagebluk covid-19 dan gagap teknologi, Wanggi masih mendapati celah untuk mengenalkan pantomim lebih luas, yakni melalui media sosial. Dia beberapa kali tampil melalui akun Instagram dan kanal YouTube miliknya.
Lambat laun interaksinya dengan penonton kian kerap. Semakin banyak orang awam yang ingin tahu lebih banyak tentang pantomim.
"Harus pelan-pelan dan terus menerus, nanti teman-teman akan tahu pantomim. Kita akhirnya akan ada dialog. Banyak orang melihat pantomim itu (seni yang) enggak ngomong, padahal sama saja kaya seni lain, kita bisa diskusi, dan ngomong," ujarnya.
Wanggi mengatakan, saat ini regenerasi seniman pantomim sedang berjalan. Banyak remaja yang mulai berminat. Hal itu terjadi secara organik dan tumbuh bersama dengan daya kritis dan kemelekan teknologi.
"Semoga ada pikiran kritis melalui lelucon atau candaan. Harus ada idealisme dan kritiknya untuk bangsa ini," ujarnya.
Menjelang World Mime Day pada 22 Maret 2021, Wanggi tengah menjalankan survey tentang seberapa luas masyarakat Indonesia mengenal pantomim. Akan ada sekitar 60-70 profesi di Kota Bandung dan sekitarnya yang dijadikan sampel riset.
Nanti, jika ada orang yang tidak mengetahui pantomim, Wanggi akan mempertontonkan video pantomim kepada orang tersebut. Riset ini bukan proyek muluk-muluk, kata Wanggi. Proyek tersebut hanya bagian dari ikhtiar agar seni pantomim Indonesia semakin dikenal masyarakat luas.
"Karena pantomim itu warna dan kekayaan kita, mau enggak mau (harus) ada pelestariannya. Harapannya, semoga pantomim bukan hanya tumbuh dan berkembang, tapi juga membumi dan bisa dinikmati sama siapa aja." pungkasnya.
Wanggi punya cara sendiri mengekspresikan kegelisahannya. Memang tidak semua orang awam mampu mengerti. Namun ibarat batu yang terus-menerus ditetesi air, kelak masyarakat bakal menoleh juga jika terus diperjuangkan. Karena sejatinya pantomim bukan sekadar lucu-lucuan, tapi melawan dengan damai meski dalam sunyi. (Dwi Herlambang)
Sumber berita : https://www.validnews.id/Seni-Melawan-Dalam-Sunyi-yOt
Seniman pantomim Bandung, Wanggi Hoed, menyiarkan pentasnya secara langsung lewat media sosial.Berkarya sekaligus menghibur masyarakat yang tengah menghadapi pandemi corona.
Lalu Wanggi memasang senter di dekat kamera yang merekam pertunjukan itu. Kemudian tampaklah selembar kertas putih bertulisan"World Mime Day–Indonesia, Bandung #senimanmelawancorona #artistsagainstcorona". Ia terus bermain-main dengan bayangan gerakan-gerakan tubuhnya. Sesekali ia mendekat ke kamera kemudian menjauh. Nada penanda pesan masuk di telepon selulernya beberapa kali terdengar.
Seniman pantomim ini kemudian memainkan sebuah balon putih. Digotong-gotong, dikocok-kocok, seperti menunjukkan seseorang yang baru mengenal sesuatu. Balon itu seperti hendak terbang. Ia berusaha memegangnya dan berhasil menguasainya. Dengan muka riang, ia menempatkan balon itu di bawah ketiaknya. Lalu balon itu terus dimain-mainkan.
Malam itu, Ahad, 22 Maret 2020, Wanggi Hoediyatno sedang melakukan pentas daring di sebuah ruangan di tempat tinggalnya, di Bandung. Ia menyiarkan pertunjukan untuk memperingati Hari Pantomim Sedunia yang jatuh pada 22 Maret melalui dua akun media sosialnya pada jam berbeda, yakni Instagram @wanggihoed (pukul 19.00) dan Facebook Wanggi Hoediyatno (pukul 20.00). Pentas itu merupakan upayanya untuk terus berkarya sekaligus menghibur masyarakat di tengah wabah corona.
Inisiator World Mime Day Indonesia itu melakukan pertunjukan virtual karena wabah tak memungkinkannya untuk melakukan pertunjukan di panggung yang mendatangkan banyak penonton. Ia mengikuti anjuran untuk mengkarantina diri dan melakukan penjarakan sosial."Makanya kita tetap merayakan Hari Pantomim Sedunia meskipun dengan cara yang berbeda. Kita ikuti imbauan pemerintah agar tidak ikut tertular atau menulari," ujar Wanggi.
Merayakan Hari Pantomim Secara Virtuaeniman pantomim Bandung, Wanggi Hoed, menyiarkan pentasnya secara langsung lewat media sosial.Berkarya sekaligus menghibur masyarakat yang tengah menghadapi pandemi corona.
Lalu Wanggi memasang senter di dekat kamera yang merekam pertunjukan itu. Kemudian tampaklah selembar kertas putih bertulisan"World Mime Day–Indonesia, Bandung #senimanmelawancorona #artistsagainstcorona". Ia terus bermain-main dengan bayangan gerakan-gerakan tubuhnya. Sesekali ia mendekat ke kamera kemudian menjauh. Nada penanda pesan masuk di telepon selulernya beberapa kali terdengar.
Seniman pantomim ini kemudian memainkan sebuah balon putih. Digotong-gotong, dikocok-kocok, seperti menunjukkan seseorang yang baru mengenal sesuatu. Balon itu seperti hendak terbang. Ia berusaha memegangnya dan berhasil menguasainya. Dengan muka riang, ia menempatkan balon itu di bawah ketiaknya. Lalu balon itu terus dimain-mainkan.
Malam itu, Ahad, 22 Maret 2020, Wanggi Hoediyatno sedang melakukan pentas daring di sebuah ruangan di tempat tinggalnya, di Bandung. Ia menyiarkan pertunjukan untuk memperingati Hari Pantomim Sedunia yang jatuh pada 22 Maret melalui dua akun media sosialnya pada jam berbeda, yakni Instagram @wanggihoed (pukul 19.00) dan Facebook Wanggi Hoediyatno (pukul 20.00). Pentas itu merupakan upayanya untuk terus berkarya sekaligus menghibur masyarakat di tengah wabah corona.
Inisiator World Mime Day Indonesia itu melakukan pertunjukan virtual karena wabah tak memungkinkannya untuk melakukan pertunjukan di panggung yang mendatangkan banyak penonton. Ia mengikuti anjuran untuk mengkarantina diri dan melakukan penjarakan sosial."Makanya kita tetap merayakan Hari Pantomim Sedunia meskipun dengan cara yang berbeda. Kita ikuti imbauan pemerintah agar tidak ikut tertular atau menulari," ujar Wanggi.ertunjukan berdurasi satu jam ini tak seluruhnya diisi pertunjukan. Wanggi juga menyelipkan sesi pengantar dengan sedikit obrolan. Pertunjukan tersebut menghadirkan kisah tentang penyerangan benda-benda terhadap manusia."Kita selalu mendapat serangan besar dan itu menakutkan, namun ada sisi positifnya. Sama seperti ketika teknologi itu hadir," kata dia. Ia mendedikasikan pertunjukan itu untuk Marcel Marceau, salah satu maestro pantomim dunia.
Ia mengakui pengalaman pentas pertunjukan virtual sangat berbeda dengan pertunjukan langsung."Pantomim itu enaknya dinikmati secara langsung," ujar Wanggi kepada Tempo, Ahad lalu. Ia merasakan tantangan berbeda dalam pentas itu. Misalnya, ketika sedang melakukan pertunjukan, terdengar ada pesan masuk dan tag dari pesan-pesan di akun media sosialnya. Hal itu diakui cukup mengganggu konsentrasinya.
Seniman yang akrab dikenal dengan nama Wanggi Hoed itu lahir di Cirebon, 24 Mei 1988. Aktif berkesenian di dunia pertunjukan sejak 2004, ia berpentas di gang-gang kecil, jalanan, ruang publik, hingga gedung pertunjukan, baik di dalam maupun luar negeri.
Bermula dari aktor teater, Wanggi kemudian dikenal luas sebagai seniman pantomim. Sejak kecil, ia memang suka melakukan gerakan-gerakan tubuh dan pada 2004 mulai mementaskan performing art. Pada 2007 ia mendirikan ruang seni pantomim bersama para seniman pantomim Bandung, Imaji Mime Theatre. Kelompok itu kemudian menjadi Mixi Imajimimetheatre Indonesia. Ia pun berproses bersama pantomim sekaligus menghadirkan pantomim kepada masyarakat.
Wanggi mengatakan situasi pandemi corona kini cukup memprihatinkan dan ia ikut berduka atas banyaknya korban. Kendati demikian, menurut dia, ada hikmah yang bisa dipetik."Mungkin bumi sedang memperbaiki diri. Dengan wabah ini, kita juga harus memperbaiki diri, menjaga bumi, menjaga lingkungan," ujar delegasi Indonesia untuk World Mime Organisation ini.
Sumber berita : https://koran.tempo.co/read/seni/451306/merayakan-hari-pantomim-secara-virtual