Minggu, 18 Juni 2017

Wanggi Hoed: Pantomime itu Bahasa Perdamaian



PEMUDAFM.COMRadionya Anak Muda – Pada umumnya seni pertunjukan teater mengandalkan dialog antarpemain untuk berinteraksi. Tapi tidak dengan pantomime. Pantomime yang dalam Bahasa Latin disebut pantomimus adalah pertunjukan teater yang menggunakan isyarat sebagai dialognya. Isyarat tersebut tadi hadir dalam bentuk mimik wajah dan gerak tubuh. Istilah pantomime sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang artinya “serba isyarat”.
Di Indonesia ada seorang pria bernama Wanggi Hoediyatno yang berkarya dan berproses kreatif di dunia seni pertunjukan sejak tahun 2004, Alumnus STSI Bandung tahun 2012, jurusan teater angkatan 2006 yang produktif berkarya seni di berbagai ruang publik dan ruang budaya. Perintis dan pengaggas ruang belajar Komunal Kreatif Independent seperti; Mixi Imajimimetheatre Indonesi (Pantomime Indonesia), Nyusur History Indonesia (Ruang Seni Perjalanan Kolaborasi Seni, Sejarah dan Budaya), Komunis Kampus (Komunitas Sepeda Kampus), Indonesian Mime Artist Association, Aksi Kamisan Bandung (Gerakan Menolak Lupa dan Impunitas), ASEAN Mime Society dan aktif di Teater Cassanova Indonesia (Kelompok Teater Independent). Perintis dan Inisiator Gerakan Kebudayaan Awak Inisiatif Arts Movement bersama para seniman muda Bandung yang hadir di ruang publik dan diberi nama “Perayaan Tubuh” atau Perayaan Hari Tubuh Internasional yang dirayakan setiap tahun di bulan Maret.
Ia juga merupakan salah satu seniman pantomime yang pertamakali di Indonesia dan Dunia melakukan pertunjukan seni pantomime diatas Puncak Mahameru, Gunung Semeru 3.676 Mdpl (Gunung Berapi tertinggi di Pulau Jawa) dan Ranu Kumbolo 2.400 Mdpl, Ia mendaki pada akhir bulan Juli 2015 bersama 8 orang rekannya dengan perjalanan seni spiritual Backpacker Nyasar Nyusur Gunung Semeru.
Wanggi Hoediyanto belajar pantomime secara otodidak dan akhirnya mengantarkan dia pada minat dan kecintaan terhadap seni yang sesungguhnya. Idealisme dan sikapnya terhadap seni mendapatkan perhatian lebih dari seniman lain dan itu merupakan hal yang dimiliki Wanggi sebagai seorang seniman.
Ia aktif berpartisipasi, berkolaborasi dan membuat lokakarya seni budaya dengan berbagai seniman, musisi dan masyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri, aktif terlibat di berbagai kegiatan kebudayaan, kesenian, kemanusiaan dan kesejarahan juga lingkungan hidup baik dalam skala lokal, nasional maupun internasional
Selain beranggapan, seni itu karya, Wanggi juga berpendapat seni juga merupakan media penyampai pesan. Lewat seni pantomim yang ia tampilkan, dia selalu menyematkan pesan-pesan, kritik-kritik sosial yang menyentil terhadap pemerintah. Hal tersebut merupakan bentuk kegelisahannya terhadap hal-hal yang terjadi di negeri ini.
Ia beranggapan,kesenian merupakan media yang tepat untuk menyuarakan kemanusiaan, halus namun berdampak luas.
Aksinya itu bukan hanya didengar masyarakat indonesia, tapi sampai ke negara-negara benua Eropa. Inidibuktikan dengan banyaknya masyarakat sana yang mengirim pesan terhadapnya melalui surat elektronik, yang memberikan apresiasi dan dukungan moril bahwa kesenian merupakan media kritik sosial juga.
Ancaman dan teror menjadi makanan sehari-hari. Pembunuhan, penculikan, dan ancaman lain biasa ia terima. Tapi dengan idealisme dan keyakinannya, Wanggi yakin “gerakannya” tidak akan pernah mati menyampaikan pesan dan kritik.
Baginya: “Pantomime itu seni bahasa tubuh yang sunyi berbahasa universal, ada sebuah pesan yang tersembunyi dari tiap gerak dan imajinasi dalam kecepatan dan tempo tertentu, bukan sekedar lucu-lucuan. Pantomime itu bahasa perdamaian, bahasa untuk semua manusia yang hidup di bumi ini.”
Untuk anak muda yang ingin mengetahui info lebih lanjut tentang Wanggi Hoed, anak muda bisa berinteraksi melalui media media sosial seperti berikut:
Twitter & Instagram: @wanggihoed
Blog: wanggihoediyatno.blogspot.com
Facebook Fanpages: Wanggi Hoediyatno Official
Article Media : http://pemudafm.com/berita/sosial-budaya/wanggi-hoed-pantomime-itu-bahasa-perdamaian.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar